Bankir Optimistis terhadap Pertumbuhan Ekonomi RI

Teror bom di Surabaya dan Sidoarjo, Jawa Timur, dinilai tidak akan pengaruhi prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2018.

oleh Liputan6.com diperbarui 14 Mei 2018, 16:30 WIB
Pekerja menyelesaikan pembangunan gedung bertingkat di Jakarta, Senin (7/5). Badan Pusat Statistik (BPS) melansir pertumbuhan ekonomi kuartal 1 2018 mencapai 5,06%.(Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Teror bom di Surabaya dan Sidoarjo, Jawa Timur, dinilai tidak akan pengaruhi prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2018. Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018, pertumbuhan ekonomi Indonesia ditargetkan mencapai 5,4 persen.

Chief Executive Officer Standard Chartered Bank Indonesia, Rino Donosepoetro, menuturkan, masyarakat Indonesia sudah matang dan tidak menoleransi adanya kekerasan. Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan berpeluang meningkat.

"Saya rasa berbicara yang terjadi di Surabaya patut disesalkan. Saya percaya society Indonesia sudah matang dan tidak menoleransi hal-hal itu. Saya rasa tidak akan memengaruhi pertumbuhan ekonomi yang diprediksi akan terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi di Indonesia," kata Rino, di kantornya, Senin (14/5/2018).

Dia mengimbau agar pelaku usaha  tetap optimistis. Hal itu karena kondisi ekonomi Indonesia saat ini berada dalam kondisi yang baik. "Saya rasa ini tidak jadi setback bagi pelaku usaha, harus resiliance terhadap ini dan tetap optimistis karena fundamental yang baik," ujar dia.

Kendati demikian, Rino berharap rangkaian teror yang saat ini terjadi di Indonesia tidak akan mengganggu jalannya perekonomian. "Jangan sampai ini mengganggu pertumbuhan ekonomi,” ujar dia.

 

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 


Rupiah Menguat, Aksi Bom Tak Ganggu Ekonomi

Petugas menunjukkan uang kertas rupiah di Bank BUMN, Jakarta, Selasa (17/4). Rupiah siang ini melemah dibandingkan tadi pukul 09.00 WIB di level Rp 13.771 per dolar AS. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan Senin ini. Adanya aksi bom di beberapa wilayah Surabaya tidak membuat rupiah melemah. 

Mengutip Bloomberg, Senin 14 Mei 2018, rupiah dibuka di angka 13.957 per dolar AS, menguat jika dibandingkan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.960 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di ksiaran 13.857 per dolar AS hingga 13.993 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 3,19 persen.

Adapun berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.976 per dolar AS, menguat jika dibandingkan patokan pada Jumat lalu yang ada di angka 14.048 per dolar AS.

Dolar AS memang melemah terhadap banyak mata uang utama karena ekspektasi investor akan rencana kenaikan suku bunga acuan sedikit mereda. Beberapa data ekonomi belum bisa mendorong ekspektasi rencana kenaikan suku bunga.

Adanya aksi teror bom di beberapa wilayah Surabaya tidak berdampak kepada nilai tukar. Chief Economist PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga), Adrian Panggabean menyatakan, aksi bom tidak akan membuat rupiah semakin tertekan.

"Kalau secara trajectory kita memang melemah, tapi yang sudah-sudah rupiah tidak terganggu kok," tutur dia di Graha CIMB Niaga, Senin 14 Mei 2018.

Ia juga menambahkan ekonomi nasional tidak terganggu terkait insiden teror bom di Surabaya dan Sidoarjo. "Masalahnya ini bukan kali pertama, dan kita juga sudah sering sebetulnya menghadapi ini. Jadi saya rasa biasa-biasa aja, enggak akan terganggu sekali," kata dia.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya