Lawan Radikalisme, IDA Luncurkan Kampanye #BersatuIndonesiaku

IDA melihat saat ini paham radikalisme makin mengincar generasi muda Indonesia yang sudah aktif di dunia digital, sehingga perlu menyebarkan kesadaran masyarakat Indonesia agar lebih bijak menggunakan media sosial.

oleh Sunariyah diperbarui 14 Mei 2018, 22:07 WIB
Ilustrasi: Indonesian Digital Association (liputan6.com/Agustinus M. Damar)

Liputan6.com, Jakarta - Indonesian Digital Association (IDA), sebuah asosiasi bagi para pelaku industri digital Indonesia, menginisiasi kampanye #BersatuIndonesiaku yang disebar di berbagai kanal media sosial. Kampanye ini bertujuan untuk memerangi paham radikalisme dan terorisme di kanal digital.

IDA melihat saat ini paham radikalisme makin kuat mengincar generasi muda Indonesia yang sudah aktif di dunia digital, dan sudah piawai dalam menggunakan kanal media sosial dan situs berita fiktif sebagai corong propaganda.

Karena itu, untuk menyebarkan kesadaran masyarakat Indonesia agar lebih bijak dalam menggunakan kanal media sosial, dengan pesan persatuan Indonesia dan semangat keberagaman Bhinneka Tunggal Ika, IDA merilis kampanye #BersatuIndonesiaku.

"Media mainstream dan media sosial kini tengah dihadapkan dengan penyebaran pesan hoax yang terstruktur dan meluas. Masyarakat perlu menghadapi fenomena ini dengan pesan positif dan berlandaskan spirit Bhinneka Tunggal Ika dari Indonesia. Inilah yang menjadi titik awal ide kampanye #BersatuIndonesiaku," ujar Ketua IDA Ronny W Sugiadha, dalam keterangan tertulis yang diterima, Senin (14/5/2018).

IDA, lanjuyt Ronny, berharap kampanye ini bisa mengedukasi masyarakat untuk lebih bijak dalam menyikapi isu di media sosial, khususnya isu radikalisme dan terorisme.

IDA sendiri merupakan perhimpunan yang bertujuan menjadi penggerak; pemandu; dan pengawas industri digital Indonesia.

Perhimpunan ini didirikan dan membawahi publisher-publisher digital besar di Indonesia seperti Kompas.com, KASKUS, Tribunnews, Detik.com, Kapanlagi Youniverse, MetroTVNews, Okezone, IDNtimes, DailySocial.id, Kumparan, VIVA, Tempo.co, Tirto.id, Opini.id dan puluhan publisher digital lainnya.

IDA melihat edukasi kepada masyarakat menjadi sangat penting untuk menghentikan penyebaran paham radikalisme dan terorisme melalui kanal digital.

 


Imbauan IDA

Ki-ka: Remco Lupker-President Director Ambient Digital, Steve Christian-CEO KLN, Andy Budiman-CEO Kompas.com dan Manuel Irwanputera-COO KMK

Pada kesempatan ini, IDA juga mengimbau masyarakat pengguna media sosial untuk menjalankan semangat kampanye #BersatuIndonesiaku dengan langkah-langkah sederhana seperti:

1. Tidak menjalin keterikatan (follow, like, atau comment) dengan akun-akun yang tidak jelas kepemilikannya.

2. Tidak menyebarkan berita yang tidak bisa divalidasi.

3. Melaporkan akun-akun yang secara jelas berpihak pada terorisme, dan menyebarkan konten positif mengenai Indonesia dan keberagaman.

Sejalan dengan ide awal dari kampanye #BersatuIndonesiaku, setiap anggota dari IDA  sepakat untuk tidak mempublikasi dan berafiliasi dengan kelompok pendukung radikalisme dan terorisme, dengan tidak mengundang mereka sebagai narasumber.

"Kami berharap kampanye #BersatuIndonesiaku dapat memberikan serangkaian dampak positif bagi pemanfaatan media sosial di masyarakat Indonesia. Kami, sebagai pelaku industri digital Indonesia, ingin masyarakat semakin bijak dalam mencari dan menyebarkan informasi di berbagai kanal online, guna meredam suara radikalisme dan terorisme di Tanah Air dan dunia," ujar Steve Christian, CEO KLY.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya