Liputan6.com, London - Anne Boleyn adalah permaisuri Kerajaan Inggris. Ia menjadi istri Raja Henry VIII, yang berkuasa sejak 1509 hingga 1547.
Namun, pada 15 Mei 1536 di King’s Hall di Tower of London, ia menjadi ratu tanpa mahkota. Segala kekuasaannya dilucuti.
Anne Boleyn masuk ke dalam ruangan. Ia mengenakan gaun beludru hitam, dengan topi yang dihias bulu. Perempuan itu berjalan tegak, mempertahankan martabatnya sebagai ratu, lalu membungkuk hormat pada para hakim, melihat wajah mereka satu per satu tanpa rasa takut.
Baca Juga
Advertisement
Anne Boleyn lalu duduk di kursi pesakitan. Ia diadili atas tuduhan serius: pengkhianatan, perzinaan, dan inses (incest).
Jaksa juga menuntutnya berkonspirasi membunuh raja, menertawakan selera berpakaian suaminya. Yang terburuk, ia dituduh melakukan inses dengan saudara kandungnya, George Boleyn.
Di hadapan para hakim dan sekitar 2.000 penonton -- dari kaum bangsawan dan rakyat kebanyakan --yang menyaksikan peradilannya secara langsung, ia mengaku tak bersalah. Namun, Anne kalah. Ia dinyatakan bersalah.
Majelis hakim, termasuk pamannya sendiri, Duke of Norfolk, dan mantan tunangannya, menjatuhkan hukuman mati.
"Karena Anda telah menghina kedaulatan Raja Inggris, melakukan pengkhianatan terhadap pribadinya...hukum kerajaan memutuskan Anda harus dihukum mati," kata Duke of Norfolk menjatuhkan vonis dengan berlinang air mata, seperti dikutip dari situs theanneboleynfiles.com, Senin (14/5/2018).
Eksekusi mati akan dilakukan dengan cara dibakar hidup-hidup atau dipenggal.
Anne mencoba terlihat tenang, meski hatinya mungkin bergejolak hebat. "Tuhan yang menjadi saksi bahwa saya tak berbuat kesalahan terhadap raja," kata dia.
Hukuman mati dilaksanakan pada 19 Mei 1536. Anne Boleyn menyampaikan pesan terakhir, termasuk memuji kebaikan Raja Inggris dan meminta orang-orang berdoa untuk dirinya. Ia lalu berlutut, dan algojo asal Prancis yang dibayar mahal oleh suaminya, Henry VIII, mengayunkan pedang ke arah lehernya.
Korban Konspirasi atau Agar Raja Bisa Kawin Lagi?
Hingga kini apa sebenarnya alasan Anne Boleyn dihukum mati masih jadi misteri.
Anne Boleyn yang berasal dari keluarga ningrat awalnya menolak cinta Henry VIII. Alasannya, ia tak mau dijadikan gundik. Perempuan itu ingin dinikahi secara resmi. Apalagi, kakaknya juga menjadi simpanan sang raja dan kemudian ditinggalkan.
Anne kemudian menjadi alasan Henry VIII meninggalkan istri pertamanya yang mendampinginya selama 24 tahun, Catherine of Aragon. Keduanya harus menanti tujuh tahun untuk menikah, bahkan perkawinan mereka yang tak direstui Paus Clement VII, merevolusi gereja di Inggris.
Tapi, hanya tiga tahun setelah pernikahan penuh kontroversi itu, kepala sang permaisuri dipisah dari raganya.
Seperti dikutip dari History.com, hubungan Anne Boleyn dan suaminya merenggang gara-gara perempuan itu tak bisa melahirkan seorang putra.
Pada 1533, Anne melahirkan anak perempuan yang kelak menjadi Ratu Elizabeth I. Namun, ia mengalami keguguran dan putra tunggalnya terlahir dalam kondisi tak bernyawa pada 1536.
Musibah itu diduga membuat raja berpaling. Apalagi, Henry VIII diam-diam telah menjalin hubungan asmara dengan dua pelayan ratu, Madge Shelton dan Jane Seymour.
Henry VIII konon menyingkirkan Anne demi bisa menikahi istri ketiganya, Jane Seymour, yang ia harapkan bisa memberinya anak laki-laki.
Teori lain menyebut, Thomas Cromwell, mantan sekutunya ada di balik kejatuhan Anne.
Keduanya berbeda pendapat. Dan itu tajam. Anne ingin agar kekayaan gereja disalurkan ke lembaga amal dan pendidikan, sementara Cromwell lebih memilih menambah kekayaan raja.
Ketika Anne, lebih memilih bekerja sama dengan Prancis, Cromwell lebih suka mendekat ke Kekaisaran Romawi Suci.
Siapapun dalangnya, yang jelas, Henry VIII menikah dengan Jane Seymour pada 20 Mei 1536, satu hari setelah pemenggalan Anne Boleyn.
Selain eksekusi Anne Boleyn, sejumlah peristiwa menarik dalam sejarah juga terjadi pada tanggal 15 Mei.
Pada 1928, Mickey dan Mini Mouse muncul untuk pertama kalinya dalam film Plane Crazy.
Sementara, pada 1972, Pulau Okinawa, yang berada di bawah pemerintahan militer Amerika Serikat sejak Perang Okinawa pada 1945, dikembalikan kepada kekuasaan Jepang.
Advertisement