Liputan6.com, Jakarta Usai aksi teror bom Surabaya beberapa hari terakhir, masyarakat membutuhkan rasa aman yang bisa membuat mereka tenang. Di sini, media memiliki peran untuk hal tersebut.
"Selain pemberitaan yang informatif dan obyektif, paparan berita, framing, pilihan tuturan kata, selain empatik, menjaga masyarakat agar tidak terguncang lagi rasa amannya," kata psikolog Ratih Ibrahim.
Advertisement
Menurut dia, media saat ini harus bisa menyampaikan harapan positif akan keamanan. Mereka harus bisa menjelaskan pada masyarakat tentang upaya keras pemerintah dan Kepolisian Republik Indonesia dalam menangani kasus ini.
Selain itu, dia juga meminta agar media tidak memberikan ruang bagi teroris dalam menyebarkan ketakutan.
"Justru jangan beri ruang terlalu banyak kepada teroris, serta oknum-oknum yang merusak mengganggu kondusivitas," ujar pendiri Personal Growth ini ketika dihubungi Health Liputan6.com, ditulis Selasa (15/5/2018).
Media, menurut Ratih, harus menyampaikan semangat untuk bersama-sama menjaga keutuhan bangsa dan negara.
"Paparkan tentang semangat tinggi sebagai bangsa untuk bersama menjaga keutuhan bangsa," imbuhnya.
Simak juga video menarik berikut ini:
Masyarakat juga harus bisa memilih berita
Selain media, masyarakat juga harus lebih pintar dalam memilih berita yang dikonsumsinya. Hal ini juga berguna untuk mencegah ketakutan yang berlebihan pada warga.
"Butuh kedewasaan, ada kontrol yang harus dilakukan oleh masyarakat dalam menyikapi berita mana yang benar dan yang tidak," ujar psikolog Alva Paramitha.
Dia mengatakan, saat ini terorisme tidak lagi sekadar muncul di dunia nyata, tetapi juga di media sosial.
"Jadi memang dibutuhkan kedewasaan untuk melihat itu. Tidak main sebar, perlu konfirmasi lebih dulu. Tujuan teroris, kan, menyebarkan ketakutan dan kepanikan. Kalau kita bicara tentang traumatis, kan awalnya dari ketakutan itu," ujar satu dari sepuluh praktisi Bach Flower Remedies itu.
Advertisement