BPS: Ekspor RI Turun 7,91 Persen Jadi USD 14,47 Miliar pada April

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia April 2018 mencapai USD 14,47 miliar atau turun 7,19 persen dibanding ekspor Maret 2018 yakni sebesar USD 15,58 miliar.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Mei 2018, 11:56 WIB
Suasana bongkar muat di Jakarta International Contener Terminal (JICT),Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (16/11). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Oktober mencapai US$ 15,09 miliar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia April 2018 mencapai USD 14,47 miliar atau turun 7,19 persen dibanding ekspor Maret 2018 yakni sebesar USD 15,58 miliar. Jika dibandingkan April 2017 juga meningkat 9,01 persen.

Kepala BPS, Suhariyanto, mengatakan ekspor nonmigas April 2018 mencapai USD 13,28 miliar, turun 6,8 persen dibanding Maret 2018 yakni sebesar USD 14,25 miliar. Demikian juga dibanding ekspor nonmigas April 2017 naik 8,55 persen.

"Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari-April 2018 mencapai USD 58,74 miliar atau meningkat 8,77 persen dibanding periode yang sama tahun 2017, sedangkan ekspor nonmigas mencapai USD 53,30 miliar atau meningkat 9,27 persen," ujar dia di Gedung BPS,Jakarta, Senin (15/5/2018).

Penurunan terbesar ekspor nonmigas April 2018 terhadap Maret 2018 terjadi pada bahan bakar mineral sebesar USD 416,4 juta (18,18 persen), sedangkan peningkatan terbesar terjadi pada kendaraan dan bagiannya sebesar USD 72,5 juta (12,59 persen).

Menurut provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada Januari-April 2018 berasal dari Jawa Barat dengan nilai USD 10,03 miliar (17,08 persen), diikuti Jawa Timur USD 6,31 miliar (10,75 persen) dan Kalimantan Timur USD 5,94 miliar (10,11 persen).

Menurut sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan Januari April 2018 naik 5,32 persen dibanding periode yang sama 2017, demikian juga ekspor hasil tambang dan lainnya naik 33,38 persen. Sementara, ekspor hasil pertanian turun 5,05 persen.

Ekspor nonmigas Maret 2018 terbesar adalah ke Tiongkok yaitu USD 1,82 miliar, disusul Amerika Serikat USD 1,43 miliar dan Jepang USD 1,39 miliar, dengan kontribusi ketganya mencapai 34,95 persen. "Sementara ekspor ke Uni Eropa (28 negara) sebesar USD 1,39 miliar,” kata dia.

 

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

 


Neraca Perdagangan Diprediksi Surplus USD 591 Juta

Petugas melakukan bongkar muat di Jakarta International Contener Terminal (JICT),Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (16/11). Nilai tersebut mengalami kenaikan 3,62% dibanding bulan sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Neraca perdagangan April 2018 diperkirakan mengalami surplus sekitar USD 591 juta. Faktor utama pendorong surplus karena adanya peningkatan laju ekspor di bulan keempat ini.

"Neraca perdagangan April ini diproyeksikan sekitar USD 591 juta," kata Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede dalam ulasannya kepada Liputan6.com, Jakarta, Selasa 16 Mei 2018.

Dia memperkirakan, laju ekspor di April 2018 sekitar 11,6 persen (year on year/yoy), sementara laju impor sekitar 19,1 persen (yoy).

Menurut Josua, kinerja ekspor pada April inj ditopang oleh peningkatan volume ekspor. Ditunjukkan dengan adanya kenaikan Baltic dry index.

"Serta adanya peningkatan aktivitas manufaktur beberapa mitra dagang utama Indonesia antara lain Amerika Serikat, Jepang, dan India," terangnya.

Namun demikian dari sisi harga, sambungnya, beberapa komoditas ekspor Indonesia seperti batu bara, CPO, dan karet alam cenderung turun secara rata-rata sepanjang bulan laporan.

Sementara itu, Josua menambahkan, permintaan impor masih relatif tinggi ditopang oleh peningkatan aktivitas manufaktur domestik, yang terindikasi dari PMI manufaktur domestik.

"Masih kuatnya impor juga dikonfirmasi oleh kenaikan penjualan semen yang merefleksikan masih solidnya impor bahan baku dan barang modal. Selain itu, impor barang konsumsi juga diperkirakan meningkat jelang Ramdan dan Idul Fitri," pungkas Josua.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya