BPS: Impor RI Naik 11,28 Persen pada April 2018

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor Indonesia April 2018 mencapai USD 16,09 miliar atau naik 11,28 persen dibanding Maret 2018.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Mei 2018, 12:15 WIB
Dua orang petugas menunggu bongkar muat di Jakarta International Contener Terminal (JICT),Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (16/11). Nilai tersebut mengalami kenaikan 3,62% dibanding bulan sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor Indonesia April 2018 mencapai USD 16,09 miliar atau naik 11,28 persen dibanding Maret 2018. Jika dibandingkan April 2017, impor juga meningkat 34,68 persen.

Kepala BPS, Suhariyanto, mengatakan impor nonmigas April 2018 mencapai USD 13,77 miliar atau naik 12,68 persen dibanding Maret 2018. Sementara jika dibanding April 2017 meningkat 36,69 persen.

"Impor migas April 2018 mencapai USD 2,32 miliar atau naik 40,89 persen dibanding Maret 2018, dan naik 40,89 persen dibanding April 2017," ujar dia di Gedung BPS, Jakarta, Selasa (15/5/2018).

Peningkatan impor nonmigas terbesar April 2018 dibanding Maret 2018 adalah golongan mesin dan peralatan listrik USD 315,37 juta (20,87 persen). Adapun penurunan terbesar adalah golongan kapal laut dan bangunan terapung sebesar USD 47,7 juta (36,55 persen).

Negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari-April 2018 ditempati oleh Tiongkok dengan nilai USD 13,92 miliar (27,28 persen), Jepang USD 5,98 miliar (11,72 persen), dan Thailand USD 3,45 miliar (66,77 persen).

"Impor nonmigas dari ASEAN 20,50 persen, sementara dari Uni Eropa 9,21 persen,” kata dia.

Nilai impor semua golongan penggunaan barang baik barang konsumsi, bahan baku dan penolong dan barang modal selama Januari-April 2018 meningkat dibanding periode yang sama tahun sebelumnya masing-masing 26,09 persen, 21,86 persen, dan 31,04 persen.

 

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

 


Diprediksi Surplus USD 591 Juta

Suasana bongkar muat di Jakarta International Contener Terminal (JICT),Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (16/11). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Oktober mencapai US$ 15,09 miliar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, neraca perdagangan April 2018 diperkirakan surplus sekitar USD 591 juta. Faktor utama pendorong surplus karena adanya peningkatan laju ekspor di bulan keempat ini.

"Neraca perdagangan pada April ini diproyeksikan sekitar USD 591 juta," kata Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede dalam ulasannya kepada Liputan6.com, Jakarta, Selasa, 15 Mei 2018.

Dia memperkirakan, laju ekspor di April 2018 sekitar 11,6 persen (year on year/yoy), sementara laju impor sekitar 19,1 persen (yoy).

Menurut Josua, kinerja ekspor pada April ini ditopang oleh peningkatan volume ekspor. Hal ini ditunjukkan dengan adanya kenaikan Baltic dry index.

"Serta adanya peningkatan aktivitas manufaktur beberapa mitra dagang utama Indonesia antara lain Amerika Serikat, Jepang, dan India," kata dia.

Namun demikian, dari sisi harga, kata dia, beberapa komoditas ekspor Indonesia seperti batu bara, CPO, dan karet alam cenderung turun secara rata-rata sepanjang bulan laporan.

Sementara itu, Josua menambahkan, permintaan impor masih relatif tinggi ditopang oleh peningkatan aktivitas manufaktur domestik, yang terindikasi dari PMI manufaktur domestik.

"Masih kuatnya impor juga dikonfirmasi oleh kenaikan penjualan semen yang merefleksikan masih solidnya impor bahan baku dan barang modal. Selain itu, impor barang konsumsi juga diperkirakan meningkat jelang Ramadan dan Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor Indonesia April 2018 mencapai USD 16,09 miliar atau naik 11,28 persen dibanding Maret 2018. Jika dibandingkan April 2017, impor juga meningkat 34,68 persen," kata dia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya