Isyarat Aneh Sri Sebelum Jadi Korban Bom Surabaya

Sebelum tragedi berdarah terjadi, Sri sepertinya sudah mempunyai firasat. Dia menyampaikannya kepada keponakannya, Nuryani.

Oleh JawaPos.com diperbarui 15 Mei 2018, 17:30 WIB
Korban bom: Sri Puji Astuti (kiri) saat bersama salah satu temannya semasa masih hidup. Foto (JawaPos.com/istimewa)

Surabaya - Sri Puji Astuti (67) menjadi salah satu korban ledakan bom Surabaya. Dia merupakan warga asli Turisari, Mangkubumen, Banjarsari, Solo, Jawa Tengah (Jateng). Sebelum tragedi berdarah terjadi, Sri sepertinya sudah mempunyai firasat.

Dia sempat meminta kepada keponakannya, Nuryani, agar dimakamkan di kota kelahirannya. Keinginan tersebut disampaikan Sri sudah sejak beberapa hari sebelum teror bom Surabaya terjadi.

"Akhir-akhir ini, Beliau (Sri) sering bilang kepada keponakannya dan adik-adiknya, kalau aku mati dibawa (dimakamkan) di Solo," ucap Nuryani menirukan ucapan Sri, Selasa (15/5/2018).

Sri sendiri sudah lebih kurang 20 tahun tinggal di Surabaya. Dia sebenarnya sudah memiliki rencana untuk kembali ke Solo pada akhir Mei ini.

"Ya, lebih kurang segitu. Sekarang sudah tidak banyak keluarganya yang ada di sini (Solo)," ucapnya.

Nuryani sama sekali tidak mengira Sri akan menjadi korban bom bunuh diri yang terjadi di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS). Nuryani baru mengetahui setelah nama bibinya ada dalam daftar nama korban ledakan bom Surabaya yang terjadi Minggu, 13 Mei 2018 pagi.

Sebelumnya, Nuryani sempat berkomunikasi dan bertemu dengan Sri. "Kemarin (sebelum kejadian) Beliau masih chatting dengan saya dan 10 Mei kemarin juga dari Solo," ungkapnya.

Kini, semuanya telah menjadi kenangan. Nuryani akan memenuhi permintaan terakhir almarhum. Rencananya, almarhum akan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Bonoloyo, Banjarsari Solo. Menurut perkiraan, pemakaman berlangsung sekitar pukul 14.00 WIB.

Baca berita menarik lainnya dari JawaPos.com di sini.

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya