Indonesia Open 2018: Indonesia Pasang Target Realistis

PBSI mencoba realistis pada perhelatan Indonesia Open 2018.

oleh Ahmad Fawwaz Usman diperbarui 15 Mei 2018, 17:15 WIB
Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PBSI, Susy Susanti, saat konferensi pers jelang Indonesia Open 2018 di Hotel Fairmont, Jakarta, Senin (14/5/2018). Blibli Indonesia Open 2018 ini memperebutkan hadiah total senilai USD 1.250.000. (Bola.com/M Iqbal Ichs

Liputan6.com, Jakarta Indonesia Open 2018 akan dihelat pada 3-8 Juli 2018 di Istora Senayan, Jakarta. Meski bertindak sebagai tuan rumah, PBSI tetap mencoba berpikir realistis soal penetapan target raihan gelar di Indonesia Open 2018.

Pecinta bulutangkis Tanah Air akan kembali dihibur dengan perhelatan Indonesia Open 2018. Apalagi, akan ada banyak hal yang baru yang mengiringi turnamen bulutangkis papan atas dunia tersebut.

Menurut Ketua Panitia Pelaksana (Panpel), Indonesia Open 2018 kini tak lagi berstatus Superseries Premier, melainkan masuk dalam rangkaian turnamen HSBC BWF World Tour Super 1000. Tak hanya itu, total hadiah juga meningkat jadi USD 1,25 juta atau sekitar Rp 17 miliar.

Namun, kehadiran warna baru dalam Indonesia Open 2018 tak membuat PBSI jemawa soal target. Menurut Susy Susanti selaku Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI, tim Merah Putih hanya menargetkan satu gelar.

"Kalau bicara target, maunya kita juara semua. Tapi, setidaknya kali ini satu gelar. Ditanya dari sektor mana, kita tak perlu sebutkan. Tentu kita tahu ranking 1 dunia ada di ganda putra dan campuran Indonesia," ujar Susy.

 


Persaingan Ketat

Konferensi pers Blibli Indonesia Open 2018. (Ahmad Fawwaz Usman/Liputan6.com).

Tingkat kompetitif Indonesia Open 2018 dipastikan juga jauh lebih sengit. Itu karena peserta yang boleh masuk hanya para pebulutangkis yang termasuk dalam ranking 32 terbaik dunia. Turnamen juga telah menghapus babak kualifikasi.

"Memang hanya satu (gelar) karena yang hadir di sini adalah pemain-pemain top dunia. Kita juga bisa menilai dan membandingkan kekuatan lawan. Saat ini persaingan juga semakin ketat. Kita melihatnya secara realistis. Peluang yang kita lihat hanya satu gelar," Susy menegaskan.

Apa yang dikatakan Susy memang tepat. Persaingan pada bulutangkis dunia saat ini telah jauh lebih sengit. Bahkan, Indonesia pun sempat paceklik gelar pada Indonesia Open 2014-2016. Untungnya, tren negatif itu dihentikan ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir pada edisi 2017.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya