Bocah Perempuan Itu Minta Tolong Usai Ledakan Bom Polrestabes Surabaya

Sesaat setelah terjadi ledakan, bocah perempuan tersebut sempat tak sadarkan diri. Roni, yang kala itu hanya berjarak 10 meter dari bocah tersebut, mendengar suara minta tolong.

oleh Lizsa Egeham diperbarui 15 Mei 2018, 15:43 WIB
Aparat kepolisian menutup jalan setelah serangan bom bunuh diri di Polrestabes Surabaya, Jawa Timur, Senin (14/5). Pelaku yang mengendarai motor meledakan bom di depan Polrestabes Surabaya, tepat di pintu masuk. (AFP/JUNI KRISWANTO)

Liputan6.com, Jakarta - Aksi heroik Kasatresnarkoba Polrestabes Surabaya AKBP Roni Faisal Saiful Faton mengundang simpati dari masyarakat. Betapa tidak, tindakan Roni yang terekam kamera amatir tengah membopong seorang anak berusia 8 tahun di TKP ledakan bom Polrestabes Surabaya, Senin, 14 Mei 2018 pagi, cukup mengharukan.

Anak yang kemudian diketahui berinisial Ais itu diduga putri pelaku teror bom tersebut. Dengan sigap dan tanpa memikirkan keselamatannya, Roni yang mengenakan rompi antipeluru langsung menarik anak tersebut setelah terlempar saat ledakan terjadi.

"Iya, untuk menyelamatkan yang sebenarnya, orang akan menyelamatkan akan berpikir dua kali. Anak itu mukanya sudah banyak darahnya, baju ada darahnya. Kita tidak tahu yang mana yang terluka. Begitu berdiri sempoyongan, saya langsung ngambil," ujar Roni saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (15/5/2018).

Menurut Roni, sesaat setelah terjadi ledakan, bocah perempuan tersebut sempat tak sadarkan diri. Roni, yang kala itu hanya berjarak 10 meter dari bocah tersebut, mendengar suara minta tolong.

Dengan sisa tenaga yang dimilikinya, kata Roni, anak tersebut bergerak meminta pertolongan. Roni pun menghampirinya. Tanpa rasa cemas, dia langsung membawa anak tersebut menjauh dari TKP ledakan bom.

Hanya satu yang terlintas di pikiran Roni. Dia hanya ingin menyelamatkan anak tersebut dan membawanya ke rumah sakit.

"Saya juga sosok ayah yang punya anak, anak kecil seperti itu kita kan iba. Rasa kemanusiaan kita muncul, akhirnya memberanikan diri," ujarnya.

"Pikiran saya, saya ingin menyelamatkan anak itu karena saya memang ada di TKP mobil yang di samping motor yang terbakar. Mobil itu sudah 40-50 persen terbakar. Yang kami takutkan mobil itu meledak. Kalau mobil itu meledak, anak itu pasti akan meninggal," jelas Roni.

 

 


Penuh Darah

Aparat kepolisian bersenjata lengkap berjaga setelah serangan bom bunuh diri di Polrestabes Surabaya, Jawa Timur, Senin (14/5). Polisi mendata ada 10 korban luka dalam tragedi bom bunuh diri di Markas Polrestabes Surabaya. (AFP/JUNI KRISWANTO)

Roni mengatakan di tubuh Ais banyak berceceran darah. Namun, dia mengaku tidak mengetahui bagian tubuh mana saja yang terluka.

"Kurang tahu kalau itu. Semua berdarah karena darah itu bukan darah dia juga, mungkin karena percikan, kita juga tidak tahu. Karena pada saat itu kita langsung evakuasi, langsung dokter yang tangani," tuturnya.

Roni bersyukur bocah yang diselamatkannya tersebut berangsur pulih. Menurut dia, tugas polisi harus membantu siapa pun yang membutuhkan pertolongan. Sekali pun, dia adalah teroris ataupun anak seorang teroris.

"Alhamdulillah untuk yang sekarang, yang bersangkutan informasi yang kami dapat, sudah membaik," ucap Roni.

Bom meledak sekitar pukul 08.50 WIB, Senin, 15 Mei 2018. Empat polisi terluka dalam tragedi berdarah tersebut. Adapun, seorang bocah perempuan selamat dari ledakan.

Polisi mengidentifikasi korban tewas adalah empat orang. Mereka adalah pelaku dan merupakan satu keluarga. Polisi saat ini masih menyelidiki peristiwa teror tersebut.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya