Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Central Asia Tbk atau Bank BCA menilai kesiapan Bank Indonesia (BI) untuk menaikkan suku bunga acuan atau 7-Day Reverse Repo Rate sudah sesuai dengan ekspektasi pasar.
"Saya pikir seperti market ekspektasi juga, ya kita mengharapkan itu hal yang positif menurut saya kalau naik," kata Direktur Keuangan PT Bank Central Asia Tbk (BCA), Vera Eve Lim, di Jakarta, Selasa (15/5/2018).
Baca Juga
Advertisement
Vera memperkirakan besaran kenaikan suku bunga acuan hingga 25 basis poin (bps). Namun, dia mengatakan perbankan tidak mungkin langsung menaikkan suku bunga kredit.
"Paling tidak 25 bps-lah ya. Saya pikir kalau 25 bps enggak terlalu berpengaruh kepada bunga kredit. Dan momentumnya harus kita jaga," ujarnya.
Saat ini, lanjutnya, pertumbuhan kredit pada kuartal II-2018 dalam kondisi cukup bagus, bahkan lebih baik dari tahun lalu sehingga tidak perlu langsung menaikkan bunga kredit agar tidak mengganggu kondisi tersebut.
Sebelumnya, BI mempertimbangkan untuk menaikkan suku bunga acuan. Hal ini sebagai respons untuk mengendalikan nilai tukar rupiah yang terus melemah hingga tembus 14.000 per dolar AS.
Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan, hal tersebut akan dibahas dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang digelar pada pertengahan bulan ini.
"Bank Indonesia kan sudah sampaikan bahwa nanti di RDG tanggal 16-17 Mei ada RDG bulanan untuk menentukan arah kebijakan moneter," ujar dia.
Reporter: Yayu Agustini Rahayu
Sumber: Merdeka.com
Selanjutnya
Dalam memutuskan kenaikan suku bunga acuan, BI akan melihat data-data yang ada, mulai dari inflasi hingga pergerakan arus modal global. Kebijakan bank sentral AS juga akan dijadikan bahan pertimbangan.
"Dan BI sudah sampaikan di pers rilis bahwa BI akan melihat kepada data untuk inflasi, ekspor impor, neraca pembayaran. Tentu kita juga lihat bagaimana arus modal di dunia, kita juga lihat bagaimana arah kebijakan AS yang akan naik Juni," kata dia.
Selain itu, BI juga akan melihat bagaimana pergerakan suku bunga acuan di negara-negara lain. Diakui Mirza, saat ini sejumlah negara telah menaikkan suku bunganya sebagai respons atas kebijakan bank sentral AS.
"Juga suku bunga negara tetangga. Malaysia naik, Korea naik, Australia naik. Nanti kita akses. Kalau memang diperlukan kenaikan suku bunga ya kita harus melakukan adjusment," ungkap dia.
Dengan upaya yang dilakukan BI serta adanya langkah dari pemerintah, dia berharap nilai tukar rupiah bisa kembali menguat di bawah 14.000 per dolar AS.
"(Rupiah bisa di bawah 14.000?) Bisa," ujar dia.
Advertisement