Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) betah berada di zona merah pada perdagangan saham Selasa pekan ini. Aksi jual investor asing besar dan rupiah kembali ke posisi 14.000 terhadap dolar AS bayangi IHSG.
Pada penutupan perdagangan saham, Selasa (15/5/2018), IHSG melemah 109,03 poin atau 1,83 persen ke posisi 5.838,11. Indeks saham LQ45 tergelincir 2,77 persen ke posisi 935,35. Sebagian besar indeks saham acuan tertekan kecuali indeks saham DBX naik 0,11 persen.
Sebanyak 218 saham melemah sehingga menekan IHSG. Sementara itu, 154 saham menguat dan 117 saham diam di tempat.
Pada Selasa pekan ini, IHSG sempat berada di posisi tertinggi 5.940,42 dan terendah 5.833,63. Total frekuensi perdagangan saham sebanyak 408.463 kali dengan volume perdagangan 9,9 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 9,3 triliun. Investor asing jual saham Rp 1,16 triliun di seluruh pasar. Posisi dolar Amerika Serikat di kisaran Rp 14.030.
Baca Juga
Advertisement
Sebagian besar sektor saham tertekan kecuali sektor saham pertanian naik 0,14 persen dan sektor tambang mendaki 0,72 persen. Selain itu, sektor saham keuangan merosot 2,96 persen, dan catatkan penurunan terbesar.
Disusul sektor saham barang konsumsi merosot 2,52 persen dan sektor saham infrastruktur tergelincir 2,51 persen.
Saham-saham yang menguat antara lain saham MITI naik 34,92 persen ke posisi Rp 85, saham FREN menanjak 25,76 persen ke posisi Rp 83, dan saham LEAD melonjak 9,92 persen ke posisi Rp 133 per saham.
Sedangkan saham-saham melemah antara lain saham EXCL merosot 7,89 persen ke posisi Rp 1.750 per saham, saham PWON susut 6,25 persen ke posisi Rp 525 per saham, dan saham BWPT tergelincir 5,76 persen ke posisi Rp 180 per saham.
Bursa Asia sebagian bervariasi. Indeks saham Hong Kong Hang Seng melemah 1,23 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi turun 0,21 persen, indeks saham Thailand melemah 0,33 persen, indeks saham Singapura susut 0,62 persen, dan indeks saham Taiwan tergelincir 0,71 persen. Sedangkan indeks saham Shanghai menguat 0,57 persen.
Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji menuturkan, hasil rilis neraca perdagangan Indonesia per April yang defisit US 1,63 miliar memberikan sentimen negatif bagi rupiah dan IHSG. Defisit mencapai USD 1,63 miliar itu di bawah harapan yang perkirakan surplus USD 1,1 miliar.
Dari eksternal, menurut Nafan, kenaikan imbal hasil surat utang yang hampir mencapai tiga persen memberikan sentimen positif bagi dolar AS sehingga semua mata uang global termasuk rupiah terdepresiasi.
"Keadaan ini memberikan sinyal kuat kalau the Federal Reserve akan menaikkan suku bunga pada bulan mendatang sehingga memberikan sentimen negatif bagi rupiah dan IHSG," ujar Nafan saat dihubungi Liputan6.com
IHSG Susut 1,2 Persen pada Sesi I
Sebelumnya, gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak di zona merah pada sesi pertama perdagangan saham Selasa 15 Mei 2018. Pelemahan IHSG terjadi di tengah rilis data ekonomi neraca perdagangan defisit USD 1,63 miliar pada April 2018.
Pada penutupan sesi pertama perdagangan saham, Selasa (15/5/2018), IHSG melemah 75,64 poin atau 1,27 persen ke posisi 5.871,50. Indeks saham LQ45 susut 2,12 persen ke posisi 941,64. Seluruh indeks saham acuan tertekan.
Sebanyak 173 saham melemah sehingga menekan IHSG. 161 saham menguat dan menahan pelemahan IHSG. 116 saham lainnya diam di tempat. Pada sesi pertama, IHSG sempat berada di level tertinggi 5.940,42 dan terendah 5.853,72.
Total frekuensi perdagangan saham sekitar 210.972 kali dengan volume perdagangan 5,2 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 4,6 triliun. Investor asing jual saham Rp 547,73 miliar di seluruh pasar. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 14.026.
Sebagian besar sektor saham tertekan kecuali sektor saham pertanian naik 0,18 persen, sektor saham industri dasar menanjak 0,32 persen dan sektor saham aneka industri menguat 0,23 persen.
Sektor saham keuangan merosot 2,22 persen, dan catatkan penurunan terbesar. Disusul sektor saham infrastruktur tergelincir 1,87 persen dan sektor saham barang konsumsi melemah 1,61 persen.
Saham-saham yang menguat antara lain saham PRIM melonjak 50 persen ke posisi Rp 750 per saham, saham MITI menanjak 26,98 persen ke posisi Rp 80 per saham, dan saham TAXI naik 17,97 persen ke posisi Rp 151 per saham.
Saham-saham yang tertekan antara lain saham EXCL turun 9,47 persen ke posisi Rp 1.720 per saham, saham PKPK merosot 4,72 persen ke posisi Rp 202 per saham, dan saham BWPT tergelincir 4,19 persen ke posisi Rp 183 per saham.
Bursa Asia pun kompak tertekan. Indeks saham Hong Kong Hang Seng melemah 1,19 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi tergelincir 0,78 persen, indeks saham Jepang Nikkei susut 0,16 persen.
Sementara itu, indeks saham Thailand merosot 0,45 persen, indeks saham Shanghai turun 0,17 persen, indeks saham Singapura tergelincir 0,34 persen dan indeks saham Taiwan susut 0,71 persen.
IHSG melemah juga seiring pengumuman rilis data neraca perdagangan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia April 2018 mengalami defisit sebesar USD 1,63 miliar. Hal ini dipicu oleh defisit sektor migas USD 1,13 miliar dan nonmigas sebesar USD 0,50 miliar.
Kepala BPS, Suhariyanto menjelaskan defisit ini terjadi di luar ekspetasi. Sebab neraca perdagangan pada Maret 2018 sempat mengalami surplus USD 1,09 miliar. Dia menuturkan defisit ini karena ada peningkatan impor yang sangat tinggi.
"Saya kira ini yang perlu jadikan perhatian defisit dari migas dan juga non migas," ujar dia di Kantor BPS.
Dalam laporan PT Ashmore Assets Management Indonesia menyatakan, defisit tersebut cukup besar dan mengejutkan. Akan tetapi, pihaknya melihat kalau hal itu didorong konsumsi tinggi pada April. Ini ditunjukkan dari penjualan otomotif dan barang konsumsi.
Advertisement