5 Jurus Hadapi Terorisme ala Seniman di Yogyakarta

Cek jurus dari seniman di Yogyakarta untuk menghadapi terorisme.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 16 Mei 2018, 07:01 WIB
Seniman di Yogyakarta menyuarakan pesan perdamaian dan jurus menghadapi terorisme lewat karya mereka.

Liputan6.com, Yogyakarta - Aksi terorisme yang beruntun melanda Surabaya, Jawa Timur, awal pekan ini membuat sejumlah seniman dari Yogyakarta angkat suara. Mereka menawarkan lima jurus yang bisa menangkal aksi terorisme di Indonesia.

Pertama, penyempurnaan perangkat perundang-undangan. Para seniman menilai adanya kesepakatan di antara pimpinan parlemen dengan pemerintah untuk akselerasi penyelesaian RUU Antiterorisme adalah hal baik.

Kedua, peningkatan deteksi dini adanya peluang kemungkinan serangan terorisme. Ketiga, jerat hukuman maksimal kepada residivis terorisme dan pendukungnya.

Keempat, gerakan bersama seluruh kalangan untuk menangkal sekecil apa pun bibit-bibit terorisme, termasuk filter kuat anasir terorisme dari luar.

"Serta menutup semua ruang penyebaran paham radikal dalam semua sektor dan jenjang kehidupan baik di keluarga, lingkungan, institusi pendidikan, lembaga pemerintah maupun nonpemerintah, dan sosial media," ujar Widihasto Wasana Putra, penggagas acara.

Kelima, ia menilai perlu upaya berkelanjutan di semua lini untuk memperkuat tumbuhnya nilai-nilai ideologi Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, dan semangat Merah Putih di tengah masyarakat.

"Jika diterapkan, terorisme tidak akan punya celah di Indonesia," tutur Hasto.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Persiapan Satu Hari

Seniman di Yogyakarta menyuarakan pesan perdamaian dan jurus menghadapi terorisme lewat karya mereka.

Para seniman mengemas tawaran itu lewat sebuah kegiatan bertajuk Umbul Donga Kanggo Nusantara (menaikkan doa untuk Nusantara) di pelataran Taman Budaya Yogyakarta (TBY), Selasa sore, 15 Mei 2018. Mereka menaikkan doa lewat karya dan pementasan masing-masing, seperti puisi, tarian, dan musik.

Sejumlah seniman yang terlibat, meliputi, Sirkus Barock, Sri Krishna dkk, NOS Indonesia Band pimpinan Ucok Hutabarat, Icipili Mitirimin asuhan Pardiman Djoyonegoro, Sanggar Tari Kinanti Sekar Rahina, Whani Darmawan, dan Iman Budhi Santosa.

"Acara ini hanya dipersiapkan satu hari sebelumnya dan semua penampil rela tampil tanpa dibayar," tutur Hasto.

Ia menjelaskan, seluruh kebutuhan acara mulai dari tempat, sound system sampai dekorasi dibantu berbagai kalangan yang peduli.

Menurut Hasto, semangat untuk bersolidaritas menjadi pemersatu. Acara ini dipicu oleh serangkaian teror bom di Surabaya. Semua orang yang terlibat di kegiatan ini mengutuk keras aksi biadab kelompok teroris yang membunuh secara sengaja dan terencana. Bahkan, memperalat anak-anak kecil sebagai tumbal faham kekerasan yang dianut.

 


Dukungan untuk Pemerintah

Seniman di Yogyakarta menyuarakan pesan perdamaian dan jurus menghadapi terorisme lewat karya mereka

Ucok, salah satu personel NOS Indonesia Band dan Sirkus Barock, merasa ikut mendukung pemerintah menuntaskan persoalan terorisme lewat perhelatan ini.

"Ini sebagai penyemangat dan dukungan kepada pemerintah, apalagi Jokowi juga sudah bersikap tegas akan mengeluarkan perppu jika RUU Antiterorisme tidak segera disahkan," ujarnya.

Secara pribadi, ia mengaku terkejut dengan aksi terorisme yang melibatkan perempuan dan anak-anak. Ucok sama sekali tidak paham dengan indoktrinasi kelompok teroris yang sejauh itu.

Ia hanya berharap, manusia bisa menghargai perbedaan yang ada dan tidak mempersoalkannya.

Lagu-lagu yang dibawakan NOS Band Indonesia ada tiga buah dan semua bercerita tentang alam dan nusantara. Lirik dan musiknya membangkitkan semangat untuk terus bersatu tanpa mempermasalahkan perbedaan di nusantara.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya