Liputan6.com, Cirebon - Isak tangis menyelimuti keluarga Fransisca Eddy Handoko (56) di rumah duka di Golden Gate Kelurahan Karyamulya, Kecamatan Kesambi, Kota Cirebon, Selasa, 15 Mei 2018. Perempuan yang akrab disapa Sisca itu merupakan salah satu korban ledakan bom di Gereja Santa Maria Tak Bercela, Ngagel, Surabaya, pada Minggu, 13 Mei 2018.
Baca Juga
Advertisement
Kesedihan keluarga besar terlihat saat peti jenazah Sisca dikeluarkan dari dalam mobil jenazah pukul 18.40 WIB. Kepergian Sisca membuat anak keduanya, Melisa Sarawaswati, terpukul. Melisa tak mampu menahan tangis dan tak banyak berbicara.
"Saya selalu berdoa sekarang dan waktu itu ibu saya ke Surabaya sedang ikut pameran batik di Surabaya. Di sela aktivitas, ibu saya sempatkan diri ke gereja untuk ibadah," ungkap Melisa.
Meski demikian, dia harus merelakan kepergian ibunda kembali kepada Sang Maha Kuasa. Melisa mengaku tidak menyimpan rasa dendam sama sekali kepada pelaku teror yang menewaskan ibu dan orang lain yang tak berdosa itu.
Keluarga Melisa mengaku sudah memaafkan teroris. Melisa hanya meminta doa kepada kerabat, termasuk wartawan yang datang meliput di rumah duka.
"Mama sekarang tenang, minta doanya saja kepada semuanya. Minta maaf kalau mama banyak salah," ucap Melisa.
Ingin Indonesia Lebih Damai
Dia mengaku berupaya tegar dan lapang dada ketika mengetahui kabar kepergian ibunda. Sikap tegar Melisa dan keluarganya itu menyentuh hati para pelawat.
Melisa mengaku hanya bisa terus mendoakan kepergian ibunda. Begitu juga atas peristiwa teror yang terjadi di Surabaya.
"Kami hanya ingin kondisi bangsa Indonesia bisa lebih damai tanpa ada permusuhan antara anak bangsa," ucap Melisa.
Di mata keluarga, Sisca merupakan sosok ibu penyemangat, selalu memotivasi anak-anaknya. Baginya, sang ibu merupakan panutan dalam keluarga.
"Mama orangnya periang, selalu ceria, rajin dan ulet. Mohon maafin mama, kalau ada salah-salah," tuturnya.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement