Liputan6.com, Denpasar - Aksi terorisme bom bunuh diri yang menyerang tiga gereja di Mapolrestabes Surabaya memicu duka Peristiwa mengerikan itu mengundang keprihatinan semua komponen bangsa termasuk di Bali.
Berbagai kompenen masyarakat Bali menggelar aksi doa kemanusian untuk korban bom Surabaya di Lapangan Monumen Bajra Sandhi, Renon, Denpasar. Mereka mengutuk aksi terorisme dan meminta pemerintah segera menuntaskan persoalan tersebut.
Komponen masyarakat Bali itu tergabung berasal lintas agama, organisasi kepemudaan, organisasi kemasyarakatan dan mahasiswa.
Baca Juga
Advertisement
Di antaranya PHDI Provinsi Bali, DPW NU Provinsi Bali, PW Muhammadiyah Provinsi Bali, IKAWANGI Dewata, Gereja Protestan Provinsi Bali, Pemuda Muhammadiyah, DPD PA GMNI Bali, DPC GMNI Denpasar, Peradah, KMHDI, Taruna Merah Putih, Banteng Muda Indonesia (BMI), Baladika, Laskar Bali, DPD KNPI Bali dan BEM Universitas Warwadewa.
Nampak hadir Calon Gubernur-Wakil Gubernur Wayan Koster-Tjok Oka Arta Ardana Sukawati (Koster-Ace).
Ketua PHDI Bali I Gusti Ngurah Sudiana didampingi Ketua NU Provinsi Bali H. Abdul Aziz, Ketua PW Muhammadiyah Provinsi Bali H Aminullah, Ketua Gereja Protestan Privinsi Bali Bishop Nengah Suama.
Dalam orasinya ia mengatakan bahwa mereka mewakili komponen masyarakat Bali merasa prihatin terhadap aksi terorisme yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa tak berdosa khususnya kaum perempuan dan anak-anak.
"Kami juga ikut berduka cita terhadap korban beserta keluarga. Kejadian (aksi terorisme) di Surabaya telah menyakiti seluruh Bangsa Indonesia," ujarnya.
Dia mendesak pemerintah untuk menuntaskan aksi terorisme di Indonesia. Ia juga mengajak semua komponen bangsa khususnya masyarakat Bali untuk melawan segala aksi terorisme.
"Kami tidak takut dan pemerintah juga tidak boleh takut. Karena kalau takut maka hancurlah kita semua dan bangsa ini," ucapnya.
Dalam orasinya, ia menyebut tidak ada ajaran agama di dunia ini yang membenarkan membunuh umat manusia tak berdosa. Ia meminta masyarakat tidak menjustifikasi suatu kelompok atau agama dalam aksi terorisme di Surabaya itu.
"Jangan dikaitkan dengan agama tertentu. Mereka ingin memecah belah persaudaraan kita. Jadi kita tidak boleh terpengaruh," katanya mengingatkan.
"Kerukunan antarumat beragama di Bali merupakan warisan dari kearifan leluhur kita. kami siap membela negara sampai titik darah penghabisan berjuang bersama pemerintah menghancurkan segala ancaman keutuhan bangsa," kata dia.
Dorong Pemerintah Tetapan UU Anti Terorisme
Pada kesempatan itu, Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Provinsi Bali, Nyoman Gede Antaguna membacakan pernyataan sikap yang berisi tiga point.
Peserta aksi doa bersama kemudian menandatangi pernyataan yang dibacakan Antaguna tersebut. Adapun isi pernyataan itu adalah pertama, tidak terpancing atau terprovokasi oleh ujaran kebencian yang barbau SARA, ajaran dan ideologi ektrem-radikal di media massa dan media sosial.
Kedua, menjaga keamanan dan situasi, kondisi linkungan masing-masing secara gotong royong dan penuh persaudaraan dan ketiga, mendesak serta mendorong pemerintah dan DPR untuk menetapkan undang-undang anti-terorisme secepatnya. Dan bilamana perlu memohon kepada Presiden agar Perppu anti-terorisme bisa diterbitkan guna penindakan tegas terhadap kejahatan terorisme di Indonesia.
Sementara itu, calon gubernur Bali Wayan Koster usai kegiatan doa bersama mengatakan, aksi teror itu tak bisa lagi ditoleransi. "Saya meminta kepada pemerintah, dalam hal ini pihak kepolisian untuk mengambil tindakan tegas terhadap pelaku teror," pintanya
Menurutnya, peristiwa serupa tak boleh terjadi di Bali. Untuk itu, Koster meminta agar Pulau Bali dijaga dengan baik. Keterlibatan masyarakat dalam mengawasi kondisi sekitar amst diperlukan. Di sisi lain, Koster berharap peristiwa ini tak menimbulkan keretakan kerukunan umat beragama yang sudah berjalan apik di Pulau Bali.
"Tidak boleh terjadi di Bali. Bali ini harus kita jaga bersama. Jangan sampai peristiwa ini merusak toleransi dan kerukunan antar-umat beragama yang sudah berjalan bagus di Bali. Mari kita pelihara persatuan dan kesatuan yang didasarkan kepada nilai-nilai Pancasila 1 Juni 1945," ujar dia.
Advertisement