Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah perusahaan memutuskan untuk menunda pelaksanaan penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO). Penundaan tersebut disinyalir lantaran kondisi pasar saham saat ini.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, Samsul Hidayat mengatakan, sejauh ini sudah ada tiga perusahaan yang menunda untuk mencatatkan saham di bursa saham. Perusahaan tersebut antara lain PT Harvest Time, PT Artajasa Pembayaran Elektronics dan PT Wahana Vinyl Nusantara.
"Ada (yang tunda IPO). Itu (tiga perusahaan). Yang lain belum ada (yang memutuskan menunda)," ujar dia di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (16/5/2018).
Dia mengungkapkan, masing-masing perseroan memiliki alasan sendiri untuk menunda pelaksaan IPO. Salah satu soal kondisi pasar saham saat ini.
Baca Juga
Advertisement
"Artajasa itu lebih pada peraturan BI (Bank Indonesia). Kemudian yang Harvest itu enggak tahu kenapa. Wahana Vinyl mungkin ke masalah market," kata dia.
Namun demikian, Samsul masih yakin jika kondisi saat ini tidak akan separah pada 2014-2015. Pada 2014 sebanyak 10 perusahaan memutuskan untuk menunda IPO. Menurut dia, kondisi pasar saham saat ini masih lebih baik.
"Saya kira belum sejauh itu. Bayangan saya enggak sejauh itu, karena kalau lihat kekuatan di market sekarang, penurunan diimbangi dengan masuknya investor yang masuk untuk mengambil saham-saham yang turun. Jadi kalau kita lihat saham pengerek harga merah semua, cuma sore hari rebound lagi," kata dia.
Samsul juga berharap di sisa waktu tahun ini tidak ada lagi perusahaan yang menunda untuk melakukan IPO. Sebab, proses untuk bisa IPO juga terhitung tidak mudah.
"Mudah-mudahan enggak ada (lagi). Karena mereka prosesnya sudah panjang, enggak tahun ini nyiapinnya. mungkin setahun dua tahun lalu. Mereka sudah cari investor qualified. Jadi anchor investornya, tahu industri, tahu perkembangan perusahaan. Mereka sudah yakin bakal masuk," tutur dia.
Seperti diketahui, IHSG sempat sentuh level tertinggi 6.689 pada 19 Februari 2018. Akan tetapi, saat ini kondisinya IHSG jauh level tertinggi tersebut. Hingga perdagangan 15 Mei 2018,IHSG sudah susut 8,14 persen ke posisi 5.838,12. Investor asing jual saham Rp 38,98 triliun.
Pada penutupan perdagangan saham sesi pertama Rabu pekan ini, IHSG melemah 78,11 poin atau 1,34 persen ke posisi 5.760. Total frekuensi perdagangan saham 220.124 kali dengan nilai transaksi Rp 4,6 triliun.
Strategi BEI Kejar Target 24 Perusahaan IPO dalam Enam Bulan
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan perusahaan yang bisa melakukan penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) pada enam bulan pertama 2018 mencapai 24 perusahaan. Sejauh ini sudah ada 13 perusahaan yang melantau di BEI.
Direktur BEI Samsul Hidayat menjelaskan, BEI mendaftar terdapat 24 perusahaan yang telah dan akan melakukan penawaran saham perdana di BEI pada semester I 2018.
"Ada 24 perusahaan dalam pipepline yang bakal IPO di semester ini. Sudah ada yang mulai," tuturnya di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) Selasa 15 Mei 2018.
Perusahaan yang telah dan akan melantai ini berasal dari beragam sektor " Macam-macam. Ada properti, finansial, perkebunan, jadi memang tidak ada majority sector yang masuk," ujar dia.
Samsul merincikan, dengan target 24 perusahaan yang melantai di bursa pada semester awal 2018, ada 13 perusahaan yang sudah merealisasikan rencana tersebut. Oleh karena itu, dengan waktu yang tersisa BEI harus mengejar 11 perusahaan lagi.
Untuk mencapai target tersebut, BEI melakukan berbagai cara. Salah satunya adalah sosialisasi. "Kami lakukan sosialisasi untuk teman-teman dan lain-lain. Pola-pola ini kita terus lakukan. One-on-one meeting kami lakukan, bahkan kami jelaskan jika ada permintaan khusus, pendekatanya memang persuasif," tambah dia.
Samsul lebih jauh menjelaskan kesempatan IPO berguna untuk memperluas kegiatan perseroan serta ekspansi. "Ya selain dipakai buat ekspansi (funding resource), kesempatan lain menjadi Tbk yaitu memperluas kegiatan usaha mereka," tandas dia.
Advertisement