Liputan6.com, Makassar Aksi terorisme dikabarkan bakal mengancam kegiatan bulan suci Ramadan di Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) tahun ini.
Menurut Kepala Bidang Humas Polda Sulsel, Kombes Pol Dicky Sondani, Sulsel merupakan salah satu daerah di Indonesia yang masuk dalam pantauan ketat pascaserangan bom gereja dan Markas Komando (Mako) Polrestabes Surabaya, Jawa Timur (Jatim), 14 dan 15 Mei 2018.
"Sulsel salah satu masuk dalam pantauan rawan terorisme," ucap Dicky di salah satu warung kopi (warkop) di bilangan Jalan Urip Sumoharjo, Makassar, Rabu (16/5/2018).
Selain merupakan hasil laporan intelijen Polda Sulsel sendiri, Dicky menjelaskan, data tersebut juga hasil pengkajian tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri serta Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT).
Baca Juga
Advertisement
Sulsel termasuk rawan. Sebab, selain dekat dengan Poso yang diketahui pusat pergerakan aksi terorisme, juga pernah ada beberapa pelaku yang telah diamankan sebelumnya oleh tim Densus 88. "Dan sampai saat ini ada yang masih menjalani masa hukuman di Lapas Klas 1 Makassar," jelas Dicky.
Sebagai langkah antisipasi terorisme di Sulsel, seluruh jajaran Polda Sulsel bersama jajaran TNI telah bersiaga di daerah-daerah perbatasan. Selain itu, beberapa personel pun telah disebar di area-area objek vital serta pusat-pusat keramaian yang ada di Sulsel pada umumnya dan Kota Makassar khususnya.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Berkoordinasi dengan Pemprov Sulsel
Langkah antisipasi lainnya yang dilakukan oleh Polda Sulsel, yakni berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Selatan (Sulsel) untuk memberdayakan para mantan narapidana dalam kasus terorisme.
Salah satu bentuk pemberdayaan yang dimaksud, menurut Dicky, di antaranya menciptakan lapangan kerja atau memfasilitasi keterampilan bagi mereka yang berstatus mantan narapidana kasus terorisme tersebut.
"Jadi mereka (para mantan narapidana) dalam kasus ini tidak boleh dibiarkan lepas begitu saja tanpa ada pembinaan lebih lanjut ke arah yang positif. Salah satunya memberikan keterampilan yang bermanfaat. Pemda (pemerintah daerah) harus pikirkan ini," Dicky menandaskan.
Sebelumnya, Kepala Penerangan Kodam XIV Hasanuddin, Kolonel Infanteri Alamsyah mengatakan jajaran TNI di Sulsel saat ini sudah mengantisipasi ancaman terkait terorisme dengan cara memantapkan dan meningkatkan keamanan satria serta kesatuan.
"Memang sudah ada perintah dari Panglima TNI untuk mengantisipasi ancaman itu," kata Alamsyah via telepon.
Di TNI, kata dia, sejak dari awal memang sudah menyiapkan semuanya, sehingga setiap saat memang sudah siaga.
"Anggota khususnya penangkal teroris ada itu raider. Itu kan ada kesatuannya satu bataliyon. Dan yang lain sudah diupayakan meningkatkan satuan teritorial dan intelijen," terang Alamsyah.
Beberapa daerah yang masuk dalam pantauan dan pengawasan pihaknya, di antaranya objek vital seperti Kantor Gubernur, Mal serta wilayah perbatasan antara Sulsel dan Sulbar.
"TNI sifatnya membantu kepolisian untuk itu. Dan untuk wilayah perbatasan seperti Sulsel dan Sulbar sudah ada satuan teritorial dan intelijen di sana. Dan mereka pun setiap saat bahkan sejak dulu sudah di sana untuk mengamankan," ucap Alamsyah.
Tinggal, beber Alamsyah, pihaknya menunggu adanya operasional di lapangan untuk membantu pihak kepolisian.
"Kita siap mem-back-up polisi. Jadi seluruh kesatuan sudah siap. Istilahnya meningkatkan kewaspadaan dengan ada yang jaga dan patroli. Dan yang khusus mem-back-up kepolisian karena sudah permintaan," terang Alamsyah.
Terlepas dari itu, Kodam juga menghimbau kepada seluruh masyarakat untuk merapatkan barisan, bersinergi antara TNI, Polri, tokoh masyarakat, agama, dan seluruh elemen untuk melawan teroris dan tetap menjaga keutuhan negara serta jangan terprovokasi dengan teroris.
"Kami mengimbau agar tetap tenang, yakni bahwa petugas aparat TNI, polisi dan pemerintah daerah akan mengatasi masalah teroris," Alamsyah menandaskan.
Advertisement