Cerita Bocah Pemijat Musiman di Makassar Raup Untung Selama Ramadan

Selain emak-emak, bocah pemijat musiman di Makassar biasanya juga meraup untung selama Ramadan.

oleh Eka Hakim diperbarui 18 Mei 2018, 17:15 WIB
Bocah pemijat musiman selama Ramadan di Makassar. (Liputan6.com/Eka Hakim)

Liputan6.com, Makassar - Bulan suci Ramadan tak hanya dimanfaatkan oleh kalangan emak-emak di Makassar, Sulawesi Selatan, untuk mencari rezeki tambahan dengan membuka usaha kuliner takjil atau makanan berbuka puasa.

Kalangan bocah pun tak ingin ketinggalan dengan memanfaatkan uang jajan pemberian orangtuanya untuk membeli sebotol minyak urut sebagai bekal menjadi pemijat dadakan di masjid.

"Sama seperti Ramadan tahun kemarin, om. Kita cari uang dengan menjajakan jasa pijat kepada warga yang sedang istirahat di Masjid usai salat," ucap Ridwan (10), warga Jalan Sunu, Kecamatan Bontoala, Makassar, Rabu, 16 Mei 2018.

Anak sulung dari dua orang bersaudara itu mengatakan ketimbang melakukan hal yang tidak benar selama Ramadan, ia memilih berkumpul bersama teman seusianya di masjid selama masa libur sekolah saat bulan Ramadan.

"Kalau di masjid nongkrong selain puasa aman, kita juga dapat uang kalau ada bapak-bapak minta dipijat. Lumayan selama Ramadan uangnya dikumpul buat beli baju Lebaran nanti," kata Ridwan sembari mengatakan tempat menongkrongnya di Masjid Al Markaz Al Islami Makassar yang letaknya tak jauh dari rumahnya.

Simak video pilihan di bawah ini:


Berbekal Minyak Urut

Bocah pemijat musiman selama Ramadan di Makassar. (Liputan6.com/Eka Hakim)

Ia mengaku hanya berbekal minyak urut yang dibelinya dari toko kelontong, sudah bisa meraup untung lebih dari jasa pijat yang ia tawarkan kepada para warga yang sedang beristirahat di Masjid Al Markaz Al Islami, Makassar.

"Sekali pijat itu kami pasang tarif sebesar Rp 10.000. Pengalaman Ramadan tahun lalu, tiap hari itu kami pijat sampai tujuh orang. Kan, lumayan kalau ditabung om," terang Ridwan.

Awal melakoni jasa pijat dadakan selama Ramadan, Ridwan mengaku tak memasang tarif sekali pijat. Tetapi, lama-kelamaan, ia bersama temannya yang bersama nongkrong di Masjid Al Markas Al Islami menyepakati untuk pasang tarif sebesar Rp 10.000.

"Awalnya kami tak patok tarif dibayar seikhlasnya. Tapi, belakangan karena orang yang dipijat kadang minta waktu lama, sehingga kami sepakati pasang tarif saja," ucap Ridwan.

Hasil yang ia dapatkan dari hasil pijat, tak hanya ditabung, tapi sebagian diberikan kepada ibunya untuk beli lauk-pauk buat hidangan sahur.

"Insyaallah mulai besok kami sudah bergerilya. Biasanya hari-hari pertama Ramadan Masjid Al Markaz sudah ramai," Ridwan menandaskan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya