Liputan6.com, Jakarta Selain sebagai ibadah bagi umat muslim, berpuasa selama Ramadan juga bisa menyatukan keluarga. Salah satunya bagi anak-anak.
Namun, anak-anak memiliki risiko yang mungkin muncul ketika berpuasa. Ini karena tubuh mereka lebih kecil, kebutuhan metabolik yang tinggi, sulitnya komunikasi tubuh mereka soal asupan makanan dan air pada diri sendiri.
Advertisement
Mengutip tulisan pediatri akademis, Omar Jaber dalam laman Baylor College of Medicine, Kamis (17/5/2018), pertanyaan orangtua yang sering muncul adalah berapa lama seorang anak boleh berpuasa.
Hal ini, menurut dia, menjadi pertimbangan yang serius. Orangtua harus menilai kemampuan anak untuk berpuasa berdasarkan kesehatan, tingkat aktivitas, toleransi terhadap lapar, serta frekuensi makan mereka.
Simak juga video menarik berikut ini:
Ditingkatkan bertahap
Seorang anak butuh cairan dan sumber energi untuk menjaga kesehatan mereka. Apabila glukosa yang menjadi sumber energi utama pada otak mereka habis, anak bisa mengalami emosi yang pendek atau marah karena lapar.
Karena itu, orangtua diharapkan tidak langsung memaksa anak kecil untuk berpuasa sehari penuh. Biarkan mereka berpuasa setengah hari agar tubuh terbiasa.
Selain itu, tingkatkan durasi puasa pada mereka apabila sudah terbiasa.
Advertisement