KPK Tetapkan Bupati Bengkulu Selatan dan Istrinya Tersangka Suap Proyek

Dirwan yang juga Ketua DPW Partai Perindo Bengkulu diduga telah menerima suap dari Juhari sebesar Rp 98 juta.

oleh Nanda Perdana Putra diperbarui 16 Mei 2018, 20:19 WIB
Bupati Bengkulu Selatan Dirwan Mahmud (tengah) dikawal petugas menuju gedung KPK usai terjaring Orasi Tangkap Tangan (OTT), Jakarta (15/5). KPK menyita Rp 100 juta dalam operasi tersebut. (Merdeka.com/Dwi Narwoko)

Liputan6.com, Jakarta - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan Bupati Bengkulu Selatan, Dirwan Mahmud beserta istrinya, Hendrati, sebagai tersangka kasus dugaan suap terkait pengadaan pekerjaan infrastruktur di Pemkab Bengkulu Selatan tahun anggaran 2018.

Selain itu, KPK juga menetapkan Kasie pada Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkulu Selatan yang juga merupakan keponakan Bupati Dirwan, Nursilawati. Sementara dari pihak pemberi, seorang kontraktor bernama Juhari ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus ini.

"KPK meningkatkan status penanganan perkara ke penyidikan dan menetapkan empat orang sebagai tersangka," ujar Wakil Ketua KPK Basaria Pandjaitan di Gedung KPK Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (16/5/2018).

Dirwan yang juga Ketua DPW Partai Perindo Bengkulu diduga telah menerima suap dari Juhari sebesar Rp 98 juta. Suap tersebut terkait dengan lima proyek infrastruktur berupa jalan dan jembatan yang digarap oleh Juhari.

Nilai suap tersebut merupakan bagian dari komitmen fee sebesar Rp 112,5 juta atau 15 persen dari total nilai lima proyek sebesar Rp 750 juta.

"Uang diberikan oleh JHR (Juhari), seorang kontraktor yang telah menjadi mitra dan mengerjakan beberapa proyek sejak 2017 di lingkungan Pemkab Bengkulu Selatan," jelas Basaria.


Sita Uang

Istri muda Bupati Bengkulu Selatan Dirwan Mahmud, Heni Dirwan tiba untuk diperiksa di Gedung KPK, Jakarta, Rabu (16/5). KPK mengamankan uang Rp 100 juta dalam OTT di rumah pribadi Bupati Bengkulu Selatan Dirwan Mahmud. (Merdeka.com/Dwi Narwoko)

Dalam kasus yang bermula dari operasi senyap ini, KPK menyita sejumlah uang dalam pecahan rupiah sebesar Rp 85 juta, bukti transfer Rp 15 juta, dan dokumen Rencana Umum Pengadaan dengan skema penunjukkan langsung.

Sebagai pihak yang diduga penerima, Dirwan, Hendrati, dan Nursilawati disangkakan melanggar Pasal 12 huruf a atau Pada 12 huruf b atau Pasal 11 UU nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah dengan UU nomor 20 tahun 2001 Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.

Sementara Juhari yang diduga pemberi suap dijerat dengan Pasal 5 ayat (1) huruf a atau Pasal 5 ayat (1) huruf b atau Pasal 13 UU nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah dengan UU nomor 20 tahun 2001.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya