Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti meminta masyarakat menjaga pohon bakau dengan tidak melakukan penebangan. Selain itu juga mengingatkan nelayan untuk menjaga lingkungan laut
Ia menyampaikan hal itu saat melakukan dialog dengan nelayan Desa Bone Baru dalam kunjungan kerja di Banggai Laut, Sulawesi Tengah pada Selasa 15 Mei 2018.
"Saya dengar suara kumbang yang menunjukkan Banggai ini masih asri, masih bagus daerahnya. Namun saya cari pohon besar kok berkurang, ke mana perginya? Nanti saya bilang kalau pohon besar habis, air banggai laut tidak ada lagi," tutur Susi saat awali diskusi, seperti dikutip dari keterangan tertulis, Rabu (16/5/2018).
Baca Juga
Advertisement
Susi berpendapat, penebangan pohon dapat mengakibatkan air laut menyusut dan air tawar kering. "Kalau pohon ditebangi, bakau yang menjaga pulau tidak kena abrasi ditebang, nanti air akan kering. Nanti mau dapat air tawar dari mana? Mau minum air laut?" lanjutnya.
Susi mengungkapkan, punahnya pohon bakau (mangrove) dapat mengakibatkan banyak petaka. Salah satunya merebaknya penyakit malaria dan demam berdarah akibat nyamuk dan berbagai serangga lainnya kehilangan habitatnya.
"Masyarakat di sini harusnya beruntung sudah ada gunung dari karang yang tumbuh subur," ujar dia.
Selain itu, bakau juga dianggap sebagai tempat bertelur ikan, udang, dan berbagai hewan laut lainnya yang aman dan terlindung. Tak hanya melindungi pohon bakau, Susi juga meminta masyarakat melindungi terumbu karang dengan tidak melakukan pengeboman ikan dan pengambilan terumbu karang untuk diperjualbelikan.
"Tadi saya berenang di Pulau Bakakan Kecil saya lihat semua karangnya hancur, berantakan, tidak ada lagi karang hidup. Pulaunya begitu cantik, pasirnya begitu putih tapi karangnya sudah habis. Menangis saya. Apa kerja nelayan itu ngebom ikan atau nangkap ikan yang benar?" tegas Susi.
Susi menyebutkan, kedaulatan negara dengan diusirnya kapal asing dari laut Indonesia susah tercapai. Kini ikan sudah banyak, tinggal bagaimana nelayan melindungi dengan berhenti melakukan penangkapan ikan yang merusak (destructive fishing) menggunakan bom atau bahan kimia lainnya.
Jika diperlukan, Susi Pudjiastuti bahkan meminta agar masyarakat Banggai Laut membuat aturan adat istiadat sendiri untuk melindungi laut dan seisinya. Hal ini mengingat karakteristik laut Banggai Laut yang terbuka dengan ikan residen dan menetap, sehingga jika habis dirusak, ikan baru tidak akan datang lagi dari pulau luar.
"Orang ke sini ngebom karena nyarinya (ikan) gampang, karangnya banyak, tertutup, tidak banyak ombak," ujar dia.
Susi juga meminta nelayan untuk berjanji pada diri sendiri dan kepada Tuhan untuk tidak lagi melakukan tindakan yang dapat merusak laut, utamanya menggunakan bom ikan. "Pemerintah bisa bantu dengan memberi kapal, jaring, pancing, perahu. Tapi kalau ikannya sudah tidak ada, mau tangkap apa dengan alat dan perahu itu?" ujar Susi.
Selanjutnya
Menteri Susi juga mengajak masyarakat mensyukuri nikmat Tuhan dengan menjaga ciptaan-Nya yang begitu indahnya. Ia meminta Badan Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) untuk mengawasi kegiatan pengambilan terumbu karang maupun bambu laut, termasuk penangkapan lobster, kepiting, dan rajungan bertelur dan di bawah ukuran (undersize).
Agar laut sehat, ikan banyak dan lestari, Susi juga meminta masyarakat agar menyediakan satu hari libur menangkap ikan dalam seminggu. Hal ini untuk menyediakan waktu bagi hewan laut untuk bertelur dan berkembang biak. "Kita jangan serakah dan tamak, habis ikan kita," kata dia.
Selain itu, KKP juga kembali mengimbau nelayan untuk segera mendaftar asuransi nelayan untuk mendapatkan perlindungan saat melaut. Susi juga berjanji memberikan bantuan kapal kepada nelayan dengan syarat membentuk kelompok di bawah koperasi.
"Saya ingin koperasi-koperasi setempat bangkit. Jangan hanya koperasi dari Jakarta saja. Mana yang dari daerah? Bapak-bapak ayo bikin koperasi. Ayo tumbuh, ayo bergerak," imbau dia.
Sementara itu, Bupati Banggai Laut Wenny Bukamo mengatakan, 94 persen wilayah Banggai Laut terdiri dari lautan, sehingga benar sekali bahwa laut adalah masa depan masyarakat sekitar. Untuk itu, Wenny mengungkapkan terima kasih atas bantuan KKP.
"Kita sudah mendapatkan beberapa bantuan dari KKP berupa alat tangkap, kapal, coldstorage, dan sebagainya. Ke depan, dengan bantuan ini (diharapkan) semua nelayan di Banggai Laut bisa terakomodasi. Saya berharap bantuan dari pemerintah pusat ini digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan kita semua. Sesuatu yang bermanfaat, terukur, dan dapat dinikmati bersama," kata dia.
Apresiasi juga disampaikan masyarakat nelayan. Ahmad Yusuf misalnya. Ia apresiasi atas bantuan dua coldstorage yang telah diberikan KKP sebelumnya. Dia menuturkan, berkat bantuan tersebut harga ikan di Banggai Laut sudah stabil karena tidak lagi dipermainkan oleh tengkulak.
"Sebelum ada bantuan kita punya harga ikan dipermainkan oleh tengkulak yang tidak bertanggung jawab. Sekarang harga ikan kami sudah harga nasional," kata dia.
Advertisement