Komite Intelijen Senat AS: Rusia Bantu Donald Trump di Pilpres 2016

Pendapat Komite Intelijen Senat berbanding terbalik dengan apa yang telah disampaikan oleh Komite Intelijen DPR Amerika Serikat.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 17 Mei 2018, 12:00 WIB
Presiden Amerikat Serikat Donald Trump (US State Department / AP PHOTO via US Embassy Indonesia)

Liputan6.com, Washington DC - Komite Intelijen Senat Amerika Serikat (AS) menyatakan sependapat dengan penilaian berbagai badan intelijen pada 2017, yang menyebut campur tangan Rusia dalam pemilu presiden 2016.

Lembaga tersebut juga yakin bahwa campur tangan tersebut bertujuan mendepak Hillary Clinton, dan memenangkan Donald Trump sebagai presiden AS.

"Staf kami telah menghabiskan waktu selama 14 bulan terakhir untuk meninjau sumber, pekerjaan dagang, dan pekerjaan analitis, di mana kami tidak melihat alasan lain untuk membantah kesimpulan yang disampaikan para badan intelijen," ujar Richard Burr, ketua Komite Intelijen Senat, sebagaimana dikutip dari Time.com pada Kamis (17/5/2018).

Hal tersebut berbeda dengan apa yang telah disampaikan oleh komite intelijen DPR Amerika Serikat, yakni menyetujui laporan yang menyangsikan tudingan terkait.

Pendapat tersebut disimpulkan komite intelijen DPR dari berbagai laporan intelijen yang dianalisis menggunakan metode analitis, yang diklaimnya paling tepat, seraya menilai setiap kebijakan Presiden Rusia, Vladimir Putin, yang berkaitan dengan AS.

Mereka mengakui, ada beberapa bukti bahwa Putin ingin "menyakiti" Hillary Clinton, tetapi tidak sependapat dengan tuduhan bahwa Negeri Beruang Merah itu membantu kemenangan Donald Trump dalam pemilu presiden Amerika Serikat.

 

Simak video pilihan berikut:

 

 


Mendadak Lupa

Foto pada tanggal 19 Oktober 2016, Donald Trump Jr. dan istrinya Vanessa Trump menunggu debat calon presiden AS di Las Vegas, Nevada. Donald Trump Jr. digugat cerai sang istri, Vanessa Trump. (Win McNamee / Getty Images / AFP)

Sementara itu, Donald Trump Jr. mengatakan kepada Komite Kehakiman Senat bahwa dia tidak dapat mengingat apakah telah memberi tahu ayahnya, Presiden Donald Trump, tentang pertemuan kontroversial di Trump Tower pada 2016, dengan seorang pengacara Rusia yang terhubung dengan Kremlin.

"Saya tidak berpikir bahwa mendengarkan seseorang dengan informasi yang relevan dengan tes kesesuaian dan karakter calon presiden, akan menjadi masalah. Sekali lagi tidak," kata Trump Jr ketika menyampaikan kesaksian tahun lalu.

Menurut banyak pengamat, pertemuan rahasia itu tetap menjadi salah satu poin kunci yang menarik dalam penyelidikan kontak antara kampanye Trump dan Rusia, di mana fokus penyelidikannya dilakukan oleh dua komite kongres dan penasihat khusus Robert Mueller.

Ketua Komite Kehakiman Senat, Chuck Grassley, mengatakan dia berharap hasil transkrip, akan membuka kebenaran yang diharapkan oleh publik.

"Orang-orang Amerika memiliki banyak pertanyaan tentang pertemuan rahasia tersebut, dan hari ini (Rabu), kami merilis transkrip hasil wawancara yang kami lakukan untuk memungkinkan publik mengetahui apa yang kami ketahui," katanya dalam sebuah rilis.  

"Bahan-bahan ini diambil secara keseluruhan, memberikan gambaran publik paling lengkap tentang peristiwa-peristiwa seputar pertemuan hingga saat ini. Rakyat Amerika sekarang dapat meninjau informasi tersebut secara mandiri."

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya