Ladies, Waspadai 3 Ranjau Pernikahan Masa Kini

Hubungan harmonis dengan suami menjadi kunci utama bagaimana mempertahankan pernikahan tetap hangat hingga maut memisahkan.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 17 Mei 2018, 21:00 WIB
Ilustrasi pasangan dan hubungan (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Tak dapat dipungkiri bahwa peran istri pada masa kini tidak lagi sama dengan masa lalu. Bila pada generasi baby boomer (kelahiran 1940-1960) peran istri murni urusan domestik, di era generasi X (1960-1980) sebagian istri di rumah dan sebagian lainnya bekerja, sedangkan istri generasi Y (1980-2000) mayoritas bekerja, baik dari rumah ataupun kantoran.

"Karakternya ingin bisa melakukan semua: bekerja, bersenang-senang, bersosialisasi, dan mengasuh anak dalam satu waktu," ungkap psikolog Ajeng Raviando, M.Psi, saat ditemui di Jakarta.

Istri sekarang pun dituntut untuk multitasking. Tidak hanya mengurus anak dan keluarga, tapi juga mencari uang, berkarir, tanpa melupakan peran untuk menyenangkan suami. Semua kesibukan ini kadang membuat perempuan terjebak, mana yang harus diprioritaskan.

"Kalau sudah punya anak, prioritasnya untuk anak. Suami entah nomor berapa," tambah Ajeng.

Padahal, hubungan harmonis dengan suami menjadi kunci utama bagaimana mempertahankan pernikahan tetap hangat hingga maut memisahkan. Ajeng pun melihat ada tiga tantangan yang dihadapi pasangan suami istri di era modern seperti saat ini. Penasaran apa saja? Yuk kita simak selengkapnya.

 


1. Komunikasi

Ilustrasi pasangan dan hubungan (iStockphoto)

Smartphone memang kini sulit sekali dilepaskan dari pandangan kita, termasuk di tempat tidur. Alhasil komunikasi dengan suami pun terbilang jarang. Padahal, face to face saat berbicara sangat dibutuhkan agar hubungan tetap harmonis.

"Banyak pasangan yang terbiasa memegang gawai 24 jam, bahkan saat sedang di tempat tidur bersama suami. Bukannya ngobrol tentang kehidupan atau aktivitas, ini justru malah main smartphone," ujarnya.


2. Ekspektasi dalam Pernikahan

Ilustrasi hubungan cinta - pasangan bahagia (iStockphoto)

Menurut Ajeng, kadang kala kita melihat pernikahan begitu indah di media sosial, yang membuat muncul rasa ingin pernikahan seperti itu. Alhasil kita jadi membandingkan pernikahan kita dan berpikir jika pasangan kita tidak sebaik pasangan lain.

"Di media sosial orang unggah pernikahan bahagia terus, kompak banget. Ketika kita melihatnya justru kita jadi membandingkan hubungan kita. Dari yang tadinya hubungan baik-baik saja, tapi pas melihat medsos jadi ada masalah karena kita ingin pernikahan seperti orang lain," lanutnya.


3. Minimnya Waktu Berkualitas

Ilustrasi pasangan bertengkar (iStockpohoto/AntonioGulliem)

Hal ini kerap menjadi batu sandungan dalam pernikahan zaman sekarang. Menurut Ajeng, ketika bertemu justru yang dibicarakan pekerjaan atau keluarga. Bukan membicarakan tentang rasa berdua.

"Jadi jarang sekali ngomong dari hati ke hati, padahal berbicara dari hati ke hati ada waktu seperti saat ingin tidur. Tapi sekarang saat mau tidur justru sibuk masing-masing dengan smartphone-nya, akhirnya tidak ada waktu yang berkualitas lagi.

Beberapa faktor di atas pun membuat tren perceraian tahun ini semakin meningkat, angkanya sekitar 15-20%. Alasan utama perceraian nomor baik yakni ketidakharmonisan dalam hubungan rumah tangga.

Reporter:

Anisha Saktian Putri

Sumber: Vemale.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya