Presiden Nikaragua Terlibat Adu Mulut di Siaran Televisi Nasional

Kelompok kontra-pemerintah mendesak dibentuknya pemerintahan sementara di Nikaragua hingga pemilu siap dilaksanakan.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 17 Mei 2018, 15:31 WIB
Para pengunjuk rasa bertopeng memblokade jalan di dekat Universitas Politecnica de Nicaragua (UPOLI), Managua, Nikaragua, Sabtu (21/4). Sepuluh orang tewas dari pihak demonstran dan petugas kepolisian. (AP Photo/Alfredo Zuniga)

Liputan6.com, Managua - Presiden Nikaragua, Daniel Ortega, terlibat perang debat dengan kelompok oposisi dalam sebuah bincang publik yang disiarkan televisi nasional, sebagai upaya mengurangi kisruh sejak berminggu-minggu sebelumnya.

Dikutip dari BBC pada Kamis (17/5/2018), Presiden Ortega menuding para penjahat dan anggota geng telah menyusup ke dalam aksi protes yang dilakukan oleh kelompok oposisi.

Lebih dari 50 pengunjuk rasa, sebagian besar mahasiswa, tewas dalam kerusuhan yang dipicu oleh aksi protes menentang kebijakan pemotongan dana pensiun dan jaminan sosial.

Bincang publik yang digelar di ibu kota Managua pada Rabu, 16 Mei 2018, disebut sebagai sesi pertama "dialog nasional", yang dimediasi oleh Gereja Katolik Roma cabang Nikaragua.

Presiden Ortega mengatakan tujuan dari perundingan itu adalah untuk memulihkan perdamaian dan "melewati momen yang tragis di Nikaragua".

Namun, ia merasa terganggu oleh mahasiswa yang menyerukan "akhiri penindasan", dan kemudian diikuti oleh pembacaan dengan lantang, nama-nama mereka yang terbunuh dalam kerusuhan pada akhir pekan lalu itu.

"Kami datang untuk menuntut Anda segera menghentikan serangan. Ya, Anda sebagai bos paramiliter, pasukan Anda, dan gerombolan pendukung pemerintah," kata Lester Aleman, seorang pemimpin koalisi mahasiswa.

Ortega berdalih bahwa jatuhnya korban meninggal terjadi "di semua sisi", bukan hanya di antara para demonstran. Ia juga menambahkan bahwa polisi telah diperintahkan untuk tidak melepaskan tembakan.

Para pemimpin serikat di pertemuan itu menyerukan pembentukan pemerintah sementara untuk mengambil alih kekuasaan, hingga pemilu baru bisa dilaksanakan.

Kardinal Leopoldo Brenes, uskup agung Managua, mendesak kedua belah pihak untuk bersama-sama memutus siklus kekerasan.

Ketika Ortega pergi meninggalkan panggung, sebagian besar penonton langsung menyanyikan "Rakyat, bersatu, tidak akan pernah dikalahkan", yang merupakan salah satu lagu perjuangan Nikaragua di era kolonial Spanyol.

Sementara itu, bincang publik selanjutnya dijadwalkan kembali digelar pada Jumat, 18 Mei 2018.  

 

Simak video piihan berikut: 

 


Menjadi Tantangan Terbesar

Petugas keamanan berjaga di sebuah toko setelah penjarahan di Managua, Nikaragua, Minggu (22/4). (INTI OCON / AFP)

Aksi protes yang diikuti oleh kerusuhan telah menjadi tantangan terbesar bagi pemerintahan Presiden Ortega, sejak ia berkuasa pada 2007.

Ortega dikabarkan mencabut rencananya untuk merombak sistem jaminan sosial. Akan tetapi, demonstrasi telah berubah menjadi kerusuhan yang lebih luas, sehingga membuat pemerintah kewalahan menghadapinya.

Presiden Ortega sendiri merupakan mantan gerilyawan Sandinista beraliran sayap kiri, yang turut serta menggulingkan kediktatoran Anastasio Somoza pada dekade 1970-an.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, banyak pihak yang mengkritik ia dan istrinya Rosario Murillo, yang merupakan wakil presiden Nikaragua, karena menjalankan pemerintahan layaknya diktator.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya