Liputan6.com, Jakarta - Bank Mandiri prediksi inflasi berada di kisaran empat persen pada 2018. Prediksi inflasi itu belum memasukkan perubahan harga bahan bakar minyak (BBM).
Ekonom Bank Mandiri, Anton H. Gunawan menyampaikan hal itu dalam Indonesia Economic dan Market Outlook Q2/2018.
"Ekspektasi inflasi setahu ke depan kami naikkan ke arah empat persen dengan catatan belum memasukkan kemungkinan perubahan dalam administered price misalnya harga BBM karena melihat situasi di pemilu nanti dan harga minyak dunia yang tinggi dan kita agak tinggi asumsinya dalam (APBN) USD 48 per barel sedangkan (harga minyak) Brent sudah USD 70-an per barel," ujar dia di Plaza Mandiri, Jakarta, Kamis (17/5/2018).
Baca Juga
Advertisement
Anton masih meyakini pemerintah bisa menjaga inflasi stabil pada 2018 dengan berbagai kebijakan yang dikeluarkan.
"Inflasi rendah dan banyak program termasuk di dalamnya administered price berusaha dijaga supaya tidak naik. sasarannya masyarakat yang pendapatan rendah tidak berkurang daya belinya," ujar dia.
Meski demikian, pemerintah harus memperhatikan harga komoditas yang berangsur-angsur naik. Harga komoditas tersebut akan mempengaruhi beban pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
"Tapi dengan meningkatnya harga komoditi terutama minyak kita harus lebih waspada karena beban meningkat. Kalau beban tidak dimunculkan pada subsidi di anggaran, keliatannya relatif aman. Tetapi ada beban yang di shift ke BUMN itu yang perlu dicermati," ujar dia.
Reporter: Wilfridus Setu Embu
Sumber: Merdeka.com
BPS: Inflasi April 2018 Sebesar 0,1 Persen
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, tingkat inflasi pada April 2018 sebesar 0,1 persen. Angka ini lebih rendah dibandingkan inflasi Maret 2018 yang sebesar 0,2 persen namun lebih tinggi dibandingkan April 2017 yang sebesar 0,09 persen.
Untuk inflasi tahun kalender sebesar 1,09 persen. Sedangkan inflasi tahun ke tahun (year on year) sebesar 3,41 persen.
"Jika dibandingkan periode yang sama, pada April 2017 memang April ini sedikit lebih tinggi dibanding 2017 yang 0,09 persen. Sedangkan dibandingkan April 2016, mengalami deflasi sebesar -0,45 persen," ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Yunita Rusanti di Kantor BPS, Jakarta, Rabu 2 Mei 2018.
Menurut dia, inflasi pada April ini dipengaruhi oleh panen raya pada sejumlah bahan kebutuhan pokok masyarakat, khususnya beras.
"Secara umum perkembangan harga konsumen pada April dipengaruhi oleh panen raya yang sebetulnya mulai bulan lalu sudah terlihat," kata dia.
Yunita menjelaskan, dari 82 kota IHK, sebanyak 54 kota mengalami inflasi. Sedangkan 28 kota mengalami deflasi.
"Inflasi tertinggi berada di Merauke sebesar 1,32 persen, inflasi terendah yaitu Padang dan Kudus sebesar 0,01 persen. Sedangkan deflasi tertinggi yaitu Tual -2,26 persen, dan deflasi terendah berada di Medan, Bandar Lampung dan Tegal sebesar -0,01 persen.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement