Liputan6.com, Yogyakarta - Iklan enamel Roko Prijaji kerap terpasang di kafe atau warung kopi sebagai hiasan. Iklan produk rokok dari Solo yang dibuat zaman pendudukan Belanda ini memang memberi kesan klasik.
Iklan itu menggambarkan seorang laki-laki mengenakan pakaian adat Jawa lengkap, dari beskap, keris, sampai kain jarik bermotif parang. Laki-laki itu memegang sebatang rokok yang diapit dengan jarinya. Warna merah, kuning, dan oranye mendominasi gambar iklan.
Namun, jejak Roko Prijaji hanya berhenti dalam bentuk iklan enamel. Saat memasuki era cetak, tidak ada iklan itu di majalah atau koran.
Baca Juga
Advertisement
"Produk rokoknya juga sampai sekarang tidak pernah ditemukan, ada kemungkinan layu sebelum berbunga," ucap Hermanu, kurator Bentara Budaya Yogyakarta (BBY), Kamis, 17 Mei 2018.
Sejumlah iklan enamel Roko Prijaji dipajang berderet di sebuah pameran iklan enamel bertajuk Indie yang digelar di BBY, pada 15 sampai 22 Mei 2018. Pemasangan yang berjajar di dinding mengingatkan Hermanu pada sebuah kejadian semasa pendudukan Jepang.
Ia mulai bercerita, pembuatan iklan enamel memakan waktu yang lama. Biro iklan di dalam negeri ketika itu tidak bisa membuat iklan enamel. Mereka hanya mendesain dan mengirimkan karyanya ke Eropa untuk diproduksi memakai enamel. Setelah jadi baru dikirim lagi ke dalam negeri.
"Naik kapal jadi membutuhkan waktu berbulan-bulan," tuturnya.
Situasi itu ternyata mempengaruhi produk rokok Roko Prijaji. Iklan enamel selesai dibuat dan dikirim kembali ke Solo pada 1940-an. Belum seluruhnya tersebar ke agen, Jepang masuk dan menjajah Tanah Air.
Perusahaan pun kelabakan dan tidak bisa berbuat banyak. Mereka hanya menyimpan enamel di gudang yang berlokasi di Karanganyar, Jawa Tengah.
Herman menilai produksinya juga mengalami kesialan, sehingga berhenti total. Iklan enamel disimpan bertahun-tahun di dalam gudang. Bahkan, mereka menjadikan iklan enamel sebagai dinding dan dicat ulang agar tidak disita oleh Jepang.
"Iklan enamel itu akhirnya muncul lagi setelah bangunan tempat penyimpanan di Karanganyar dijual," paparnya.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Pembuatan di Eropa dan Amerika
Selain Roko Prijaji, ada puluhan iklan enamel lain yang dipamerkan dalam pameran ini. Beragam iklan produk dari dalam dan luar negeri terpampang, seperti barang kelontong, tembakau, obat-obatan, alat rumah tangga, sepatu, sabun, dan lain-lain.
Selain dikeluarkan pabrik, ikan enamel juga dibuat oleh agen perusahaan seperti NV atau CV.
Hermanu mengaku melacak pembuat iklan enamel cukup sulit karena data yang ada tidak begitu banyak. Hanya ada beberapa nama perusahaan pembuat iklan enamel yang menyertakan perusahaannya pada lembar iklan enamel. Misalnya, JH de Bussy Amsterdam yang tertera di iklan Nationale Bank perwakilan Soerabaia.
Menurut Hermanu, iklan-iklan ini dibuat di Eropa dan Amerika Serikat. Di Indonesia belum ada jejaknya. Biro iklan di Indonesia hanya sebatas perantara menerima pesanan.
Berdasarkan bentuk iklan enamel, ia mengklasifikasikan menjadi dua, yakni iklan enamel yang dibuat khusus untuk konsumen di dalam negeri dan enamel untuk konsumen dunia.
"Bisa dilihat dari fisik iklan, jika ada kata-kata dalam bahasa Jawa atau Indonesia berarti untuk pemasaran di dalam negeri," ucap Hermanu.
Ia mencontohkan beberapa iklan enamel yang dibuat untuk dalam negeri, antara lain, Anggur Malaga, obat njamoek Tjap Ajam, obat sakit kentjing, susu tjap Nona, dan sebagainya. Sedangkan iklan enamel untuk konsumen dunia, meliputi, Kloster beer, pasta Colgates, sepeda Simplex, dan lain-lain.
Advertisement
Arti Penting Iklan Enamel
Iklan enamel dipamerkan bukan tanpa alasan. Di antara ribuan benda antik yang tersebar di galeri, iklan enamel punya posisi penting.
Iklan enamel diproduksi terbatas dengan teknik pembakaran cat oven yang dilekatkan pada sebidang pelat besi baja setebal satu sampai dua milimeter. Ukurannya bervariasi, yang terkecil 8x15 centimeter, sementara yang besar 120x240 centimeter. Pewarnaannya juga beragam.
Teknik pembuatan iklan enamel juga membuat benda ini memiliki nilai lebih karena keawetannya. Jika dirawat, iklan enamel bisa bertahan sampai ratusan tahun.
Jadi, tidak salah jika iklan enamel yang dipajang dalam pameran kali ini masih sangat jelas kendati dibuat pada awal 1900 sampai 1940-an.
"Iklan enamel ini juga merupakan pencitraan dunia dagang Indonesia pada masa Hindia Belanda," ujar Hermanu.
Ia meyakini iklan enamel yang dipasang sebagai promosi dagang menjadi prestise atau gengsi yang menaikkan nilai produk. Melihat prosesnya, sudah dipastikan pembuatan iklan enamel tidak murah.
Hilang pada Perang Dunia II
Keberadaan iklan enamel hanya bertahan sampai Perang Dunia II. Sebab, sesudah masa itu iklan enamel jarang diproduksi karena banyak pabrik pembuatan iklan ini terkena bom dan hancur.
"Selain itu, ongkosnya juga terlalu mahal, produksinya sedikit tidak sebanding dengan ongkos kirim," ucap Hermanu.
Seiring berakhirnya Perang Dunia II, maka berakhir pula pembuatan iklan enamel di Eropa. Kemajuan teknologi mengubah bentuk dan materi iklan menjadi lebih sederhana, yakni ke dalam bentuk kertas.
Keberadaan iklan enamel saat ini bergantung pada koleksi orang-orang yang masih menyimpan iklan sarat sejarah ini.
Advertisement