3 Pesepak Bola Asing yang Pertama Kali Jalani Ramadan di Indonesia

3 pesepak bola asing ini tetap main selama berpuasa pada bulan Ramadan di Indonesia.

oleh Muhammad Adiyaksa diperbarui 19 Mei 2018, 16:15 WIB
Pemain Borneo FC, Julian Faubert salah satu pesepak bola asing yang pertmaa kali puasa di Indonesia (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Liputan6.com, Jakarta - Pesepak bola asing yang bermain di Gojek Liga 1 bersama BukaLapak banyak juga yang menjalani ibadah puasa di bulan Ramadan. Seperti pemain lokal lainnya, mereka pun tidak libur di bulan Ramadan karena jam tanding digeser menjadi pukul 20:30 WIB.

Partai Perseru Serui melawan Barito Putera menjadi pembuka Liga 1 yang berjalan di bulan Ramadan. Pertandingan tersebut merupakan pekan ke-9 yang digelar pada Kamis (17/5/2018) di Stadion Gajayana, Malang.

Selama bulan ramadan, Liga 1 menggelar empat pekan pertandingan. Dimulai pada pekan ke-9, dan berakhir pada pekan ke-13, 9 Juni mendatang.

Berikutnya, Liga 1 diliburkan untuk menyambut Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada 15-16 Juni 2018. Kompetisi pekan ke-14 kembali dimulai pada 6 Juli mendatang.

Kompetisi musim ini diramaikan oleh berbagai pemain asing yang baru berkarier di Tanah Air. Sebagian memeluk agama Islam. Itu berarti, para legiun impor tersebut baru merasakan puasa pertama di Indonesia.

Berikut Liputan6.com rangkum tiga pemain asing yang pertama kali berpuasa di Indonesia pada bulan Ramadan:

 

 

 


Manuchekhr Dzhalilov

Striker Sriwijaya FC, Manuchekhr Dzhalilov (tengah) (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Manuchekhr Dzhalilov merupakan muslim yang taat. Tahun ini merupakan pengalaman pertamanya berpuasa di Indonesia.

Dzhalilov bergabung dengan Sriwijaya FC di awal musim ini. Kepindahannya ke Palembang turut membawa istrinya yang tengah hamil enam bulan.

Status Indonesia sebagai negara mayoritas muslim jadi pijakan Dzhalilov menerima pinangan Sriwijaya FC. Karena pertimbangan ini, pemain asal Tajikistan tersebut tidak perlu khawatir terkait adaptasi, termasuk soal ibadah.

"Kami tahu Indonesia negara muslim terbesar di dunia, itu membuat kami juga tidak terlalu khawatir soal budaya di sini. Namun, saya datang untuk fokus bermain bola bersama Sriwijaya FC," ujar Dzhalilov.


Nuriddin Davronov

Gelandang Madura United, Nuriddin Davronov (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Satu lagi pemain asing asal Tajikistan yang baru pertama kali berpuasa di Indonesia. Dia adalah gelandang Madura United, Nuriddin Davronov.

Davronov merupakan kapten Timnas Tajikistan. Pada musim lalu, pemain berusia 27 tahun ini merumput untuk Istiklol di kampung halamannya.

Ciri khas yang paling menarik pada penampilan gelandang kelahiran 16 Januari, 1991 lalu itu adalah peci yang menutupi kepalanya. Dengan memakai peci, Davronov mengaku kian bersemangat untuk menjalani puasa pertamanya di Indonesia.

"Saya suka penutup kepala ini. Di sini disebut songkok. Nanti saya pulang ke Tajikistan akan bawa hadiah songkok seperti ini. Ini made Indonesia. Madura, saya lihat banyak orang pakai songkok, menjadikan saya sangat semangat untuk berpuasa di sini," kata Davronov.


Julien Faubert

Pemain Borneo FC, Julien Faubert, berpose saat sesi foto sebelum memperkenalkan sepatu Puma Future 18.1 di Jakarta, Jumat (9/3/2018). Puma Future 18.1 dirancang untuk pengepasan saat pemakaian. (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Julien Faubert mempunyai alasan serupa seperti Dzhalilov. Sebagai seorang mualaf, penduduk muslim Indonesia bakal membantunya mempelajari lebih jauh ajaran Islam. Di sisi lain, pemain berusia 34 tahun itu juga membutuhkan tantangan baru setelah melanglang buana di berbagai negara Eropa.

"Faubert adalah muslim dan dia juga sedang mencari tantangan baru yang dipilih oleh penasihatnya untuk bermain di Indonesia. Saya pikir Borneo FC adalah klub yang bagus, terutama pelatih yang memiliki ide-ide cemerlang," tutur Alister Veerasamy, agen yang menaungi Faubert, lewat pesan singkat kepada Liputan6.com beberapa waktu lalu.

Pernyataan Alister kemudian diamini oleh Faubert. Mantan gelandang Real Madrid ini mengaku tertarik berkarier di Tanag Air karena masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim.

"Pertama saya memilih ke Indonesia dengan alasan sederhana karena saya adalah seorang Muslim dan bagi saya datang ke negara yang mayoritas penduduknya Muslim itu sangat baik," imbuh Faubert.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya