Sambangi Putin, Presiden Assad Lakukan Lawatan Mengejutkan ke Rusia

Sejak awal perang sipil meletus di Suriah, Rusia telah menjadi sekutu utama rezim Bashar al-Assad.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 18 Mei 2018, 13:03 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Suriah Bashar al-Assad bertemu di Sochi (Mikhail Klimentyev, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP)

Liputan6.com, Sochi - Presiden Bashar al-Assad dilaporkan mengadakan kunjungan kejutan ke Rusia pada hari Kamis.

The New York Times memuat dalam laporannya, pada kesempatan tersebut, Presiden Vladimir Putin menyampaikan agar "pasukan asing bersenjata" segera ditarik keluar dari Suriah, menyusul dimulainya proses perdamaian.

Tidak jelas pasukan mana yang dimaksud oleh Putin, mengingat Rusia, Iran, Amerika Serikat dan sejumlah negara lain memiliki kekuatan tempur di Suriah. Seperti dikutip dari The New York Times, Jumat, (18/5/2018), menurut Putin, penarikan pasukan asing akan menjadi bagian dari penyelesaian perang saudara yang panjang di Suriah.

Baik pasukan Iran dan Rusia membela rezim Presiden Assad. Jika yang dimaksud Putin adalah kehadiran militer Iran di Suriah --yang belakangan memicu masalah baru dengan Israel-- maka Rusia dinilai berupaya mencegah Negeri Para Mullah bercokol di sana.

Menurut kantor berita Tass, militer Suriah telah memenangkan "kemenangan dan kesuksesan yang signifikan" dalam perang dan perhatian harus beralih ke bantuan kemanusiaan dan penyelesaian secara politik.

"Dengan dimulainya proses politik dalam fase yang lebih aktif, angkatan bersenjata asing akan ditarik dari wilayah Republik Suriah," kata Putin.

Pertemuan Assad dan Putin berlangsung di Sochi, salah satu destinasi wisata terpopuler di Rusia.

Dalam pertemuan teranyarnya dengan Putin, Assad berterima kasih atas bantuan militer Rusia. Assad juga menggambarkan upaya penyelesaian politik yang mencakup amandemen Konstitusi Suriah.

Sementara itu, Putin memberikan selamat kepada Assad karena berhasil "membersihkan" area di sekitar ibu kota Damaskus, dari apa yang disebutnya teroris.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:


Sekutu Utama Suriah

Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Suriah Bashar al-Assad bertemu di Sochi (Mikhail Klimentyev, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP)

Sejak awal perang sipil meletus, Rusia telah menjadi sekutu terpenting rezim Assad. Sementara, Amerika Serikat mendukung kubu pemberontak dan pasukan Kurdi yang menentang pemerintah.

Ketegangan antara Amerika Serikat dan Rusia terbaru terjadi bulan lalu, menyusul tudingan serangan senjata kimia di kota Douma yang menewaskan puluhan warga sipil. Washington menuding, rezim Assad mendalangi serangan tersebut.

Adapun Donald Trump dan Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley mengecam Rusia atas perannya dalam dugaan serangan senjata kimia itu.

"Kita tidak boleh mengabaikan peran Rusia dan Iran...," kata Haley usai serangan senjata kimia seraya menambahkan bahwa tangan Rusia 'berlumuran darah' dalam insiden itu.

Tak lama, Amerika Serikat bersama sekutunya Inggris dan Prancis meluncurkan serangan rudal ke Suriah.

Rusia merupakan satu-satunya kekuatan besar yang memiliki hubungan signifikan dengan pemain regional lainnya seperti Turki, Arab Saudi, Iran, Suriah, bahkan Iran. Pada 9 Mei lalu, PM Israel diketahui bertemu Putin di Moskow.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya