Liputan6.com, Jakarta - PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau PT KAI meminta kepada para penumpang kereta api untuk tidak terburu-buru tiba di stasiun saat mudik nanti. Hal ini untuk mengurangi kepadatan yang sering terjadi di stasiun.
Direktur Keselamatan dan Kemanan KAI Apriyono Wedi Chresnanto mengungkapkan, jika terlalu padat di stasiun, nantinya juga akan mengurangi kenyamanan penumpang dalam menunggu kereta api.
Baca Juga
Advertisement
"Sebenarnya bukan kapasitas ruang tunggu yang kami tambah, melainkan penumpang itu datangnya jangan terlalu jauh sebelum keberangkatan, jadi nunggunya lama, sehingga numpuk di stasiun," kata Apriyanto di Stasiun Gambir, Jumat (18/5/2018).
Padatnya stasiun dikhawatirkan Apriyono akan dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, meski pihaknya telah menambah jumlah personil keamanan di stasiun kereta api.
Dia menyarankan, idealnya penumpang itu tiba di stasiun paling cepat 1-2 jam sebelum keberangkatan kereta api.
"Jadi kalaupun nunggu tidak terlalu lama, tidak sampai tidur-tiduran di stasiun. Hal seperti ini di Stasiun Pasar Senen masih banyak," ungkapnya.
Untuk mengamankan operasi angkutan Lebaran 2018 ini, KAI telah menyiagakan kurang lebih 3.000 personil keamanan. Jumlah ini belum termasuk bantuan dari petugas Kepolisian dan TNI.
"Untuk meningkatkan keamanan, nanti kita siapkan metal detector juga di stasiun saat mudik Lebaran 2018," tegasnya.
PT KAI Pesan Kereta Mirip Shinkansen ke INKA
PT INKA (Persero) mendapat pesanan dari PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau PT KAI untuk membuat kereta aerodinamis dengan model mirip Shinkansen di Jepang. Ciri khasnya tentu moncong depan kereta yang tak lagi berbentuk kotak, tapi seperti pesawat terbang.
"Iya mereka pesan. KAI minta didatangkan kereta yang aerodinamis," kata Sekretaris Perusahaan INKA, I Ketut Astika saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, pada 13 Mei 2018.
Ketut menjelaskan, alasan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut memesan kereta mirip Shinkansen untuk mengikuti perkembangan zaman yang semakin dinamis. KAI, sambungnya, ingin menghilangkan kesan kaku kereta selama ini yang cenderung berbentuk kotak.
"Jadi biar tidak kaku. Selama ini kan kaku, bentuknya kotak-kotak. KAI ingin menonjolkan futuristiknya, yang ingin menunjukkan KAI sudah berubah, sekarang kan kereta dan stasiun sudah bersih, tidak kumuh, sudah ontime," terangnya.
Saat ini, Ketut mengaku, KAI masih dalam mengkaji untuk pesanan kereta aerodinamis tersebut. Sama seperti sebelum memesan kereta Sleeper, perusahaan itu melakukan studi terlebih dahulu. Oleh karenanya, INKA belum bisa menyebut berapa rangkaian kereta yang akan dipesan oleh KAI.
"Ini masih dalam proses di divisi teknis. KAI mengkajinya, kayak kereta Sleeper, di studi dulu. Lalu pesan ke kami, jadi tidak sembarangan pesan, harus dikaji dulu," dia berujar.
Lebih jauh Ketut menambahkan, kereta aerodinamis artinya harus dioperasikan dengan kecepatan lebih tinggi dibanding kereta pada umumnya. Biasanya untuk semi cepat atau kereta cepat. Ini yang harus ditentukan KAI, dan perlu disesuaikan dengan kondisi infrastrukturnya.
"Artinya dengan aerodinamis, secara teknis kereta bisa dioperasikan lebih cepat. Mau dikecepatan berapa, medium speed atau high speed. Investasi kan tidak sedikit, infrastruktur juga masih belum memadai, seperti jarak kereta, double track belum nyambung, pintu-pintu persilangan harusnya sudah tidak ada," paparnya.
Dari INKA, diakui Ketut, sudah siap untuk memproduksi kereta aerodinamis. Namun dia bilang, perusahaan memang belum berpengalaman untuk membuat produk kereta cepat. Akan tetapi jangan khawatir, INKA sudah memiliki kerja sama dengan negara lain atau mitra lain.
"Kalau untuk aerodinamis (kereta mirip Shinkansen) saja tidak masalah, kami siap, tapi memang belum punya pengalaman bikin kereta cepat. Tapi kami bisa join dengan negara lain, sudah punya partner. Tetap mengerjakannya di dalam negeri," pungkas Ketut.
Advertisement