Sepanjang Ramadan, Mesir Buka Pintu Perbatasan Rafah

Perbatasan Rafah merupakan satu-satunya pintu perbatasan yang menghubungkan Gaza dengan dunia luar.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 19 Mei 2018, 07:36 WIB
Seorang pemuda Palestina mengayunkan kembang api di depan sebuah masjid di Kota Gaza, Palestina (16/5). Mereka bermain kembang api untuk menyambut puasa pertama di bulan Ramadan. (AFP Photo/Mohammed Abed)

Liputan6.com, Kairo - Mesir telah mengumumkan bahwa pihaknya akan membuka penyeberangan via perbatasan Rafah di sepanjang bulan Ramadan, untuk memungkinkan warga Palestina mengakses dunia luar.

"Saya telah menginstruksikan kepada badan-badan terkait untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk melanjutkan pembukaan penyeberangan perbatasan Rafah di sepanjang bulan suci Ramadan, demi meringankan beban saudara-saudara di Jalur Gaza," demikian postingan Presiden Mesir Abdel Fattah Al-Sisi dalam laman Facebooknya seperti dikutip dari Middleeastmonitor.com, Sabtu (19/5/2018).

Pada Jumat lalu, Mesir mengumumkan pembukaan penyeberangan di kedua arah selama empat hari, dimulai dari hari Sabtu. Dan baru pada Kamis kemarin, mereka menyatakan akan tetap membuka penyeberangan selama Ramadan

Penyeberangan perbatasan Rafah dengan Jalur Gaza hampir sepenuhnya tertutup sejak Al Sisi menggulingkan pendahulunya melalui sebuah kudeta militer pada Juli 2013. Rafah, biasanya akan dibuka dalam waktu singkat untuk memungkinkan pasien mengakses pengobatan di Mesir atau wilayah yang lebih jauh.

Adapun Israel mengendalikan enam dari tujuh pintu perbatasan yang digunakan untuk aktivitas keluar masuk Jalur Gaza. Satunya lagi adalah Rafah yang dikendalikan oleh Mesir.

Perbatasan Rafah merupakan satu-satunya pintu perbatasan yang menghubungkan Gaza dengan dunia luar.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:


Gaza Memanas

Aktris Manal Issa memegang poster bertuliskan "Hentikan Serangan di Gaza" saat menghadiri pemutaran film "Solo: A Star Wars Story" dalam Festival Film Cannes ke-71 di Cannes, Prancis (15/5). (AFP/Loic Venance)

Situasi di Jalur Gaza sendiri tengah memanas pasca-demonstrasi berujung bentrokan antara warga Palestina dan militer Israel pada Senin, 14 Mei 2018.

Unjuk rasa yang disebut Great March of Return tersebut telah dilaksanakan sejak 30 Maret lalu untuk menuntut penghapusan blokade ilegal Jalur Gaza oleh Israel dan diizinkannya jutaan warga Palestina yang terusir sejak berdirinya Israel kembali ke tanah leluhur mereka.

Seperti dikutip dari The Times of Israel, pada hari Rabu, 16 Mei, Sisi mengatakan bahwa pemerintahnya telah berkomunikasi dengan kedua belah pihak (Palestina dan Israel) "sehingga pertumpahan darah akan dihentikan".

Israel mengklaim demonstrasi di Jalur Gaza diorganisir oleh Hamas dan digunakan sebagai perlindungan untuk melancarkan serangan teror. Aksi protes di Jalur Gaza akan memuncak setiap hari Jumat.

Demonstrasi dimaksudkan mencapai puncaknya pada 15 Mei, yang diperingati oleh Palestina sebagai Hari Nakba atau Hari Penghancuran. Itu merupakan hari peringatan tahunan atas pengusiran bangsa Palestina yang mendorong terbentuknya Israel pada tahun 1948. Namun, para pemimpin Hamas mengatakan mereka ingin agar unjuk rasa dilanjutkan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya