Penyandang Tunanetra di Medan Isi Ramadan Dengan Tadarusan

Ramadan terbaik diisi dengan amal ibadah. Seperti membaca dan mempelajari Alquran. Seperti halnya kaum muslim dengan pancaindra lengkap, penyandang tunanetra di Medan juga menjalani masa Ramadan dengan khusyuk.

oleh Tim Merdeka diperbarui 21 Mei 2018, 01:40 WIB
Para penyandang tunanetra saat belajar mengoperasikan komputer di Makfufin Raudlatul, Serpong, Tangerang Selatan, Banten (3/5). Komputer yang digunakan dilengkapi software bicara bahasa Indonesia. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta Ramadan terbaik diisi dengan amal ibadah. Seperti membaca dan mempelajari Alquran. Seperti halnya kaum muslim dengan pancaindra lengkap, penyandang tunanetra di Medan juga menjalani masa Ramadan dengan khusyuk.

Ibadah tadarus ini diikuti puluhan anggota Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) Medan di kantor Pertuni Sumut, Jalan Sampul, Medan, Kamis (16/5).

Seorang penyandang tunanetra mengikuti pembelajaran mengoperasikan komputer di Makfufin Raudlatul, Serpong, Tangerang Selatan, Banten (3/5). Pelatihan komputer khusus ini digelar oleh Dinas Sosial Kota Tangerang Selatan. (Merdeka.com/Arie Basuki)

"Ibadah ini kita lakukan setiap Kamis mulai pukul 09.00 Wib. Satu hari kita selesaikan 1 juz. Selain itu, ada juga tausiyah yang dilaksanakan setiap Minggu sore menjelang buka puasa bersama," kata Khairul Batubara, Ketua DPD Pertuni Sumut.

Meski memiliki kekurangan fisik, para penyandang tunanetra tampak bersemangat membaca ayat demi ayat. Namun ada pula yang baru belajar mengeja huruf demi huruf sambil meraba huruf Alquran braille.

Sejumlah tunanetra berbincang usai menyaksikan film di Bioskop Bisik di Pavilliun 28, Jakarta, Minggu (14/1). Kini, menonton bioskop bukan menjadi hal mustahil lagi bagi penyandang tunanetra. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Mereka membaca Alquran serta saling menyimak dan mengoreksi bacaan rekannya. Huruf-huruf hijaiyah dalam huruf braille itu mereka raba untuk ditransformasikan menjadi lantunan ayat-ayat suci.

Khairul memaparkan, kegiatan Pertuni di bulan Ramadan ini didukung berbagai pihak yang peduli pada mereka. Penyandang tunanetra yang ikut dalam kegiatan ini bahkan mendapatkan uang transportasi sebesar Rp 20.000 per orang.

Feng Molin, bocah berusia 13 tahun ini memang tak seperti anak-anak di usianya yang menghabiskan hari-harinya dengan belajar dan bermain.

"Hari ini sekitar 50 penyandang tunanetra yang hadir. Biasanya kadang bisa hingga 80 orang lebih yang datang. Mungkin hari ini karena hujan, makanya tidak terlalu banyak yang hadir," sebut Khairul. [noe]

Sumber: Merdeka

Reporter: Yan Muhardiansyah

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya