Daerah di Jawa Masuk Kemarau Bulan Ini

Penurunan curah hujan tersebut berdampak pada sebagian daerah di Pulau Jawa akan mengalami awal musim kemarau.

oleh Arie Nugraha diperbarui 21 Mei 2018, 09:02 WIB
Foto ilustrasi kekeringan di Australia. Foto diambil pada 11 Februari 2015 di Walgett, 650 kilometres Sydney, sebuah kota pertanian terbesar di kawasan itu tengah menderita kekeringan parah akibat musim panas yang terik (PETER PARKS / AFP)

Liputan6.com, Bandung - Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (PSTA LAPAN) memprediksi pada Mei 2018 akan terjadi penurunan curah hujan di hampir di sebagian besar wilayah Indonesia.

Menurut Anggota Tim Variabilitas Iklim 2018 PSTA LAPAN Erma Yulihastin, hal tersebut akan mengakibatkan sebagian daerah di Pulau Jawa mengalami awal musim kemarau. Penyebabnya adalah seiring dengan konsistennya angin monsun Australia yang mempunyai sifat kering, maka puncak musim kemarau di Pulau Jawa akan terjadi pada Juni 2018.

"Sedangkan pada bagian ekuator akan mengalami kenaikan curah hujan, seperti Sumatera bagian tengah, Kalimantan bagian barat dan tengah serta di Papua," ujar Erma Yulihastin kepada Liputan6.com, Sabtu, 19 Mei 2018.

Erma Yuhastin menyebut, berdasarkan hasil prediksi Conformal Cubic Atmospheric Model (CCAM), konsistensi monsun Australia akan melemah pada September 2018 dan memasuki musim peralihan, di mana terdapat peningkatan curah hujan di sebagian wilayah Indonesia.

Erma mengatakan hasil prediksi curah hujan bulanan menggunakan CCAM dengan initial condition 1 April 2018 menunjukkan adanya penurunan curah hujan di wilayah Indonesia bagian selatan pada bulan April hingga Juli 2018 yang menandakan mulainya musim kemarau.

 


Tetap Diselingi Hujan Kecil

Ilustrasi Musim Kemarau di Situ Cilodong, Kalibaru, Depok, Rabu (30/9/2015). Musim kemarau panjang menyebabkan situ Cilodong di Kelurahan Kalibaru, Cilodong mengalami kekeringan. (Liputan6.com/Yoppy Renato)

Meskipun begitu, pada April 2018 di Pulau Jawa masih akan terjadi hujan meskipun dengan intensitas yang berkurang dibanding bulan Maret 2018. Curah hujan dasarian 1 Maret 2018 kata Erma, tersebar di sepanjang pesisir barat Sumatera, Lampung, Jawa, Kalimantan Barat dan Selatan, Sulawesi Tengah, dan sebagian besar wilayah Indonesia timur serta Papua Nugini.

"Hal ini disebabkan banyaknya awan konvektif di dasarian 1," kata Erma.

Berdasarkan data Tim Variabilitas Iklim 2018 PSTA LAPAN, pada dasarian 2, curah hujan berpusat di Indonesia Timur, perairan sebelah tenggara Indonesia, Papua, dan Papua Nugini. Pada dasarian ini, curah hujan di daerah tersebut melebihi curah hujan pada dasarian 1. Pada dasarian 3, curah hujan tinggi terdapat di perairan barat Sumatera, perairan antara Kalimantan dan Sulawesi.

Namun, sebaran awan konvektif terlihat berkurang jika dibandingkan dengan dasarian sebelumnya dan tersebar di daerah ekuator. Hal ini selaras dengan pengamatan Madden-Julian Oscillation (MJO) yang menjelaskan bahwa selama bulan Maret, MJO bergerak dari Samudera Hindia menuju Parairan Pasifik Barat.

"Awal Maret MJO cukup kuat dan terus melemah saat berada di atas Indonesia hingga minggu ketiga bulan Maret," ucap Erma.

Lemahnya MJO saat berada di atas Indonesia menyebabkan pengaruhnya terhadap kondisi cuaca di Indonesia relatif kecil. MJO kembali meningkat saat berada di atas Samudera Hindia pada akhir Maret. Diperkirakan MJO terus menguat pada minggu pertama April dan kembali melemah hingga akhir April.

 

Simak video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya