Liputan6.com, Amerika Serikat Penggunaan rokok elektrik (vaping) telah membuat seorang remaja perempuan asal Amerika Serikat berusia 18 tahun terkena paru-paru basah. Padahal, ia hanya hanya tiga minggu menggunakan rokok elektrik.
Baca Juga
Advertisement
Laporan kasus tersebut berasal dari studi kasus, yang diterbitkan dalam jurnal Pediatrics. Dalam jurnal tertulis, remaja 18 tahun--yang tidak disebut namanya---ini sebelumnya sehat. Hingga ia mulai menggunakan rokok elektrik.
Tiga minggu kemudian, ia mengalami kesulitan bernapas, seperti dilansir dari Women's Health, Senin (21/5/2018) disertai batuk dan nyeri dada. Nyeri dada kian memburuk saat setiap kali ia menarik napas dalam-dalam.
Kondisinya pun cukup buruk saat remaja itu pertama kali berkunjung ke dokter. Dokter merekomendasikannya berkonsultasi ke ICU pediatrik, lalu diberi antibiotik.
Dokter harus mengintubasi--memasukkan selang ke tenggorokan untuk membantunya bernapas--dan menaruh tabung di dada untuk mengeringkan cairan yang menumpuk. Bahkan, remaja AS itu memakai ventilator mekanik untuk membantunya bernapas.
Simak video menarik berikut ini:
Alami paru-paru basah
Remaja perempuan AS ini akhirnya didiagnosis pneumonitis hipersensitivitas alias paru-paru basah. Penyakit ini berupa gangguan sistem kekebalan tubuh yang memengaruhi paru-paru. Paru-paru meradang sebagai reaksi alergi terhadap debu yang dihirup, jamur atau bahan kimia, menurut American Lung Association.
Ia diobati dengan infus methylprednisolone, obat yang mengobati reaksi alergi parah. Pada akhirnya, remaja tersebut bisa berhenti menggunakan ventilator mekanik dalam beberapa hari.
Ia diharapkan tidak mengisap rokok elektrik lagi setelah mengalami paru-paru basah.
Para peneliti mengungkapkan, kasus ini termasuk kasus remaja pertama yang dilaporkan mengembangkan paru-paru basah akibat penggunaan rokok elektrik.
Advertisement