Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman enggan menanggapi soal izin impor beras yang dikeluarkan oleh Kementerian Perdagangan (Kemendag). Sejauh ini, Kemendag telah mengeluarkan izin impor beras sebesar 1 juta ton untuk Perum Bulog.
Amran mengatakan, tugas dari Kementerian Pertanian (Kementan) adalah soal produksi beras. Sedangkan untuk impor bukan ranah dari kementerian tersebut.
Baca Juga
Advertisement
"Kami ini fokus pada produksi. Produksi kita pada sektor pertanian diumumkan BPS baru-baru ini Alhamdulillah meningkat. Pada 2017, di mana 10 tahun terakhir ekspor tertinggi kita, naik 24 persen setara dengan Rp 440 triliun," ujar dia di Kantor Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Jakarta, Senin (21/5/2018).
Menurut Amran, selain beras, masih ada 400 komoditas pangan lain yang perlu dijaga pasokannya. Oleh sebab itu, Amran meminta masyarakat tidak hanya sibuk memikirkan beras.
"Soal impor, enggak impor lagi bawang merah, jagung enggak impor. Jangan melihat pertanian cuma beras, karena ada 400 komoditas yang dijaga siang dan malam," ungkap dia.
Untuk beras, Amran menyatakan sebenarnya pasokan saat ini sudah lebih baik dibanding dulu. Saat ini, sudah ada sekitar 41 ribu ton beras yang masuk ke Pasar Induk Beras Cipinang setiap hari.
"Suplai di Cipinang, dulu 15 ribu ton, hari ini 41 ribu ton. Kenapa harga tinggi? Itu pertanyaan kami juga, makanya kami imbau pedagang jangan menaikkan harga di bulan Ramadan," tandas dia.
Ini Alasan Pemerintah Impor Beras Jilid II
Kementerian Perdagangan (Kemendag) memberikan izin impor beras jilid kedua pada tahun ini kepada Perusahaan Umum (Perum) Badan Urusan Logistik (Bulog) sebanyak 500 ribu ton.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, izin impor kedua tersebut diberikan dalam rangka stabilisasi harga beras di pasar.
"Jangan tanya (dapat menjaga pasokan beras) berapa lama. Kita lihat harga beras sudah turun belum. Artinya yang medium itu masih Rp 10.500, padahal HET (harga eceran tertinggi) Rp 9.450," ungkapnya ketika ditemui di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, pada 16 Mei 2018.
Darmin menegaskan, kedatangan beras 500 ribu ton beras impor jilid dua tersebut tidak akan mengganggu produksi beras dalam negeri dari panen raya.
"Panen itu September-Oktober. Kemarin (impor 500 ribu ton beras yang pertama) ini waktu datang bulan April enggak ada apa-apa," mantan Gubernur Bank Indonesia ini menjelaskan.
"Makanya kita perhatikan seperti apa perkembangan harga beras, seperti apa perkembangan produksi, kita tidak akan lakukan itu, kalau itu akan membuat harga jatuh terlalu jauh," tutur Darmin.
Reporter: Wilfridus Setu Embu
Sumber: Merdeka.com
Advertisement