Liputan6.com, Jakarta - Charta Politika Indonesia merilis tiga partai yang memiliki elektabilitas paling kuat dalam pemilihan legislatif 2019. Ketiga partai itu merupakan PDIP, Partai Gerindra, dan Partai Golkar.
"Ketiga partai dengan elektabilitas tertinggi yakni PDIP 24,9 persen, Gerindra 12,3 persen, Golkar 11,0 persen," ujar Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia, Yunarto Wijaya, di Es Teler 77, Jl Adityawarman, Jakarta Selatan, Senin (21/5/2018).
Advertisement
Yunarto mengungkapkan 2 alasan terkuat responden memilih ketiga partai tersebut. Pada PDIP, sebesar 36,4 persen responden memilihnya karena partai berlambang banteng tersebut mengusung Jokowi pada Pilpres 2019.
Sedangkan alasan utama lainnya sebesar 21,7 persen dikarenakan PDIP dianggap memperjuangkan mewakili ideologi Soekarno/nasionalis.
Seperti halnya PDIP, Partai Gerindra dipilih sebesar 39,6 persen dengan alasan paling kuat karena partai tersebut mengusung Prabowo Subianto sebagai capres pada pilpres 2019. Juga faktor kedua terkuat dengan 32,7 persen, karena Gerindra dianggap mewakili aspirasi petani, nelayan dan pedagang kaki lima.
"Jadi kedua partai tersebut karena faktor tokoh dan ideologi," ungkap dia.
Namun berbeda dari PDIP dan Gerindra, Partai Golkar yang menempati posisi ketiga dipilih responden bukan dengan alasan tokoh ataupun ideologi. Sudah terbiasa memilih Partai Golkar, kata Yunarto, menjadi alasan terkuat responden memilihnya. Alasan ini dipilih sebesar 30,1 persen oleh responden.
Alasan kedua, sebanyak 22,8 persen responden memilih partai berlogo pohon beringin tersebut karena dianggap mewakili semangat orde baru/Soeharto.
Yunarto menjelaskan, faktor kedua faktor itu justru dapat merugikan Partai Golkar ke depannya. "Golkar akan dirugikan kalau betul (artinya) pemilih tua yang memilih Golkar," pungkas Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia ini.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
PKB Salip Demokrat
Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya mengatakan, terlihat adanya coat-tail efek atau efek ekor jas yang membuat pemilih memilih partai tersebut karena dianggap merepresentasikan atau dianggap dekat dengan sosok seorang figur.
"Ternyata memang mulai terlihat coat tail efek itu tadi. Ada memang berpengaruh dalam pileg," ungkap Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia, Yunarto Wijaya, di Es Teler 77, Jl Adityawarman, Jakarta Selatan, Senin (21/5/2018).
Namun Yunarto mengatakan, terdapat hal menarik di mana elektabilitas Partai Keadilan Bangsa (PKB) berhasil menempati masuk empat besar menyalip Partai Demokrat.
Menurut dia, ini memperlihatkan adanya coat tail efek terhadap PKB dari sosok Muhaimin Iskandar atau yang biasa disapa Cak Imin.
"Coat tail efek berhasil muncul di PKB di Cak Imin. Demokrat terselip sedikit," kata dia.
Meskipun begitu, Yunarto mengatakan, selain faktor Cak Imin, ada juga faktor-faktor kuat lainnya yang menjadi alasan menjadikan PKB menempati posisi keempat.
"Tapi juga karena adanya faktor sejarah NU dan Gus Dur masih menjadi faktor terbesar orang memilih PKB," ucap Yunarto.
Yunarto menuturkan, partai yang mendapatkan keuntungan efek itu saat ini merupakan partai yang paling dianggap dekat dengan sosok calon presiden sebagaimana yang responden itu pilih.
Karenanya dalam hasil survei, 2 partai dengan elektabilitas terkuat adalah PDIP dan Partai Gerindra. Keduanya menempati posisi pertama dan kedua dengan masing-masing mendapatkan 24,9 persen dan 12,3 persen dengan masing-masing memiliki figur yang kuat pada calon presiden nanti.
"Selanjutnya, ada Partai Golkar dengan 11,3 persen, PKB 7 persen, partai Demokrat 5,4 persen dan partai-partai lainnya di bawah 5,0 persen," tutur Yunarto.
Survei dilakukan pada 13 – 19 April 2018 melalui wawancara tatap muka secara langsung dengan menggunakan kuesioner terstruktur.
Jumlah sampel 2.000 responden, yang tersebar di 34 Provinsi dengan metode acak bertingkat (multistage random sampling) serta margin of error sebesar +/- 2,19 persen pada tingkat kepercayaan 95 %.
Advertisement