Nicolas Maduro Menang Pemilu, 14 Dubes Hengkang dari Venezuela

Setelah Nicolas Maduro kembali menjadi presiden, AS juga menjatuhkan sanksi ekonomi baru sebagai protes terhadap hasil pemilu Venezuela. Bersamaan dengan hengkangnya 14 dubes.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 22 Mei 2018, 11:05 WIB
Presiden Nicola Maduro di hadapan rakyat Venezuela - AFP

Liputan6.com, Caracas - Presiden Venezuela Nicolás Maduro menghadapi reaksi internasional setelah memenangi masa jabatan enam tahun keduanya, dalam suara telak yang disertai boikot oposisi dan klaim kecurangan.

Dilaporkan bahwa sebanyak 14 negara termasuk Argentina, Brasil, dan Kanada telah menarik duta besar mereka dari Caracas sebagai protes.

Bahkan, sebelum pemilihan berlangsung, sebagaimana dikutip dari BBC pada Selasa(22/5/2018), Amerika Serikat, Kanada, Uni Eropa, dan lebih dari selusin negara Amerika Latin mengatakan mereka tidak akan mengakui hasil pemilu Venezuela.

Kini, Meksiko, Kolombia, Chile, Panama, dan Peru berbondong-bondong turut menangguhkan hubungan diplomatik mereka dengan Caracas.

Di lain pihak, Rusia, El Salvador, Kuba, dan China memberi selamat kepada Presiden Maduro atas kemenangannya dalam pemilu terakhir.

Beijing mengatakan, setiap pihak harus "menghormati pilihan yang dibuat oleh rakyat Venezuela".

Adapun Presiden Rusia, Vladimir Putin, dalam sebuah pernyataan, berharap Maduro "sukses dalam menyelesaikan masalah sosial dan ekonomi yang dihadapi negara".

Menurut Dewan Pemilihan Umum Venezuela, dari 90 persen suara yang dihitung, Maduro memiliki 5,8 juta suara, atau 67,7 persen. Adapun kandidat oposisi utama, Henri Falcón, hanya mencapai 1,8 juta suara atau 21,2 persen.

Adapun sisa jumlah suara, yakni sebanyak 11,1 persen, memilih untuk tidak berpartisipasi.

 

Simak video pilihan berikut:


AS Jatuhkan Sanksi Baru

Presiden Amerikat Serikat Donald Trump (US State Department / AP PHOTO via US Embassy Indonesia)

Sementara itu, Amerika Serikat memberlakukan sanksi ekonomi baru terhadap Venezuela, yang bertujuan mencegah para pejabatnya menjual aset minyak negara sebagai imbalan suap.

Presiden Trump mengatakan, "Kami menyerukan rezim Maduro untuk memulihkan demokrasi, mengadakan pemilihan umum yang bebas dan adil, membebaskan semua tahanan politik segera dan tanpa syarat, dan mengakhiri penindasan dan perampasan ekonomi rakyat Venezuela."

Senada dengan Trump, Wakil Presiden AS Mike Pence sebelumnya mengecam pemilu tersebut sebagai "palsu" dan "tidak sah".

Negeri Paman Sam telah menjatuhkan sanksi pada Maduro dan para pembantu seniornya, serta melarang perusahaan AS bertransaksi bisnis dengan Caracas dan perusahaan minyak setempat.

"Amerika Serikat berdiri dengan negara-negara demokratis untuk mendukung rakyat Venezuela dan akan mengambil tindakan cepat pada isu ekonomi dan diplomatik, guna mendukung pemulihan demokrasi mereka," kata Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dalam sebuah pernyataan.


Reaksi Presiden Maduro

Demonstran anti-pemerintah memainkan kartu di jalan raya saat unjuk rasa melawan Presiden Nicolas Maduro, di Caracas, Venezuela, (15/5). Para demonstran menuntut Presiden Nicolas Maduro mundur dari jabatannya. (AP Photo / Ariana Cubillos)

Di sisi lain, Maduro dan pendukungnya dilaporkan terlihat sangat gembira terhadap hasil pemilu terakhir. Pria berusia 55 tahun itu mengatakan kepada massa yang bersorak-sorak di luar istana presiden di Caracas bahwa "revolusi tetap ada di sini!".

Para pendukungnya meneriakkan "Ayo, Nico!" saat kembang api meluncur ke langit.

Sementara di satu sisi, banyak pihak menyerukan dialog dengan oposisi, Maduro justru mengatakan kepada pendukungnya bahwa "oposisi harus meninggalkan kita sendiri untuk memerintah".

Sebelumnya, oposisi dan pemerintah telah beberapa kali melakukan dialog, selalu gagal menghasilkan komitmen positif.

Adapun tentang penarikan besar-besaran para duta besar dari Caracas, belum ada tanggapan resmi dari Presiden Maduro.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya