Liputan6.com, Batang - Batik Rifaiyah bermotif tiga negeri sudah menjadi primadona bagi pencinta batik. Dalam prosesnya, batik asal Batang, Jawa Tengah, ini memiliki sejarah dan syarat spiritual.
Begitu memesonanya batik ini, maka tak heran kalau harganya pun cukup mahal. Tak hanya dari dalam negeri, pemburu batik tersebut juga berasal dari luar negeri, sehingga menembus pasar ekspor.
Ketua Kelompok Tunas Harapan Batik Rifaiyah Miftakhutin mengatakan, batik Rifaiyah merupakan warisan dari nenek moyang keturunan Syekh KH. Ahmad Rifai dari Desa Kali Pucang Wetan, Kecamatan Batang.
Menurut sejarah, proses pembuatan batik ini sebagai media untuk syiar agama Islam pada zaman dahulu.
Baca Juga
Advertisement
"Dalam proses pembuatannya, ada ritual yang biasa dijalankan sebelum membatik, yakni dengan salat Duha terlebih dahulu. Membatiknya sering kali diiringi kidung syair berbahasa Jawa dan Arab yang berisi nasihat kepada manusia dan lingkungan alam semesta," ucap Miftakhutin di Galeri dan Workshop Batik Rifaiyah Desa Kalipucang Wetan Batang, Selasa, 22 Mei 2018.
Ia menambahkan, batik Rifaiyah sudah mengalami akulturasi batik dari daerah lain. Di antaranya, batik Lasem yang dominan warna merah, Solo dominan warna cokelat, dan batik Rifaiyah sendiri yang dominan warna biru indigo.
"Dari pencampuran tadi memunculkan jenis batik baru yang diberi nama batik tiga negeri khas Rifaiyah dan sudah dikembangkan turun-temurun," kata perempuan yang merupakan pembatik setempat generasi kelima.
Ia menjelaskan, ciri khas batik Rifaiyah tiga negeri, yakni larangan penggambaran motif hewan secara utuh pada lembaran kain. Alasannya karena mereka meyakini itu menggambar makhluk hidup itu berdosa.
Adapun proses pembuatannya membutuhkan waktu mencapai 3 minggu, 2 bulan, bahkan 6 bulan untuk satu helai kain.
"Untuk harga batik Rifaiyah Tiga Negeri termurah Rp 350 ribu untuk batik kasar, untuk batik sedang mencapai Rp 4 juta, batik halus dijual Rp 6,5 juta, dengan pemasaran seluruh Indonesia, Singapura, Malaysia, India, dan Korea, Jepang, Yunani, Amerika, Swedia," ungkapnya.
Menurut dia, batik Rifaiyah murni merupakan batik tulis. Warga tidak mau mengubahnya menggunakan mesin karena demi mempertahankan tradisi, sehingga hanya melayani pesananan terbatas.
"Kami membatik bukan menjadi bagian hidup, karena kalau secara ekonomi tidak memungkinkannya. Semangatnya hanya mempertahankan tradisi dan warisan leluhur," tutur dia.
Simak video pilihan berikut ini:
PNS Ramai-Ramai Pakai Batik Batang
Pemerintah daerah sangat mendukung sekali dengan memberikan bantuan alat dan pelatihan serta kesempatan mengikuti pameran. Tak hanya itu, pemkab juga mempromosikan kepada setiap tamunya yang datang ke Batang.
Sementara itu, Bupati Batang Wihaji mengatakan, batik Rifaiyah memang punya karakter dan memiliki kekhasan. "Karena proses pembuatannya dengan menggunakan hati, sehingga wajar kalau harganya pun mahal," ucap Wihaji.
Ia menyebut, untuk menggeliatkan batik Rifaiyah sebagai ikon batik Batang, pemkab akan membuat regulasi untuk keberpihakan usaha batik yang ada di Batang. Tentunya dengan mewajibkan ASN dalam satu hari menggunakan batik tulis Rifaiyah dan harus produk Batang asli.
"Untuk mengangkat batik kita akan booming-kan di tingkat daerah, yang mewajibkan ASN untuk menggunakan pakaian batik khas Rifaiyah," jelasnya.
Untuk mendukung Visit to Batang 2022 sebagai heaven of Asia, lanjutnya, Pemkab akan memperhatikan dan mendukung usaha-usaha ekonomi kreatif. Pasalnya, wisata tidak lepas dari usaha ekonomi kreatif dan salah satu kekuatan Batang ada pada batik Rifaiyah.
"Kita akan hidupkan kampung-kampung ekonomi kreatif, salah satunya kampung batik Rifaiyah. Oleh karena itu, Pemkab akan hadir mempersiapkan segala sesuatunya, dari pembatiknya sampai bahan baku dan pernak-pernik yang medukungnya," kata dia.
Karena keterbatasan bahan baku, terutama kain, maka untuk mendukung ketersediaan kainnya, Wihaji akan berkomunikasi dengan pabrik tekstil yang ada di Batang.
"Karena kita memiliki pabrik tekstil dan untuk bina lingkungan, maka kami minta ada pendistribusian langsung bahan kain untuk Kelompok Usaha Bersama (KUB) batik yang ada di Batang," dia menandaskan.
Advertisement