Liputan6.com, Jakarta - Aksi kerusuhan yang terjadi di Rutan Mako Brimob, Kelapa Dua Depok, Jawa Barat diduga menjadi pemicu aksi bom bunuh diri yang terjadi di tiga gereja di Surabaya, Jawa Timur, Minggu pagi, 13 Mei 2018 lalu.
Pagi itu, suasana peribadatan yang khusyuk langsung mencekam saat tiga bom meledak di waktu yang hampir bersamaan. Bom pertama meledak di Gereja Santa Maria Tak Bercela, lalu di Gereja Kristen Indonesia di Jalan Diponegoro, dan terakhir di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS), Jalan Arjuno.
Advertisement
Otak di balik aksi biadab tersebut dilakukan Dita Oeprianto, pelaku bom bunuh diri di Gereja GPPS. Belakangan diketahui Dita merupakan Ketua Jamaah Ansharut Daulah (JAD) sel Surabaya.
Dan yang paling miris, Dita mengajak istri, kedua putranya, bahkan putrinya yang masih di bawah umur untuk ikut melakuan bom bunuh diri.
Akibat serangan bom ini sebanyak 11 orang tewas, sementara 41 lainnya dikabarkan terluka.
Sontak media sosial banjir ucapan bela sungkawa atas aksi tersebut. Mereka pun menuliskan keprihatinannya dan mengecam segala bentuk radikalisme dan terorisme.
Namun, ada pula yang menyebut ledakan bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya adalah rekayasa pemerintah atau sebuah pengalihan isu. Polisi pun tak tinggal diam. Ketiganya ini berhasil ditangkap akibat unggahan mereka di media sosial.
Siapa sajakah mereka? Berikut ini ketiga pelaku yang telah embuskan kabar miring yang dirangkum dari Merdeka.com, Selasa 22 Mei 2018:
1. Himma Dewiyana
Himma Dewiyana merupakan dosen Ilmu Perpustakaan di Universitas Sumatera Utara (USU). Lewat akun Facebooknya, dia menyebut serangan bom bunuh diri di Surabaya hanya pengalihan isu. Postingannya bahkan sempat viral di media sosial.
"Postingan-nya di Facebook sempat viral, lalu juga sempat dihapusnya. Tetapi postingan-nya sudah terlanjur di-screenshoot netizen dan disebar," kata Kabid Humas Polda Sumut, AKBP Tatan Dirsan Atmaja.
Dalam akun Facebook, HD menuliskan kata-kata, 'Skenario pengalihan yg sempurna…#2019GantiPresiden.' Unggahan itu sempat dihapus. Bahkan, HD sempat menutup akun Facebook pribadinya.
Akibat perbuatannya, Rektor Universitas Sumatera Utara (USU), Runtung Sitepu memberhentikan Himma sebagai Kepala Arsip di USU.
"Jikalau kategori berat, tentunya sanksi maksimal akan diberhentikan sebagai PNS. Tetapi jika ringan, bisa diajukan penurunan pangkat. Jika dia tidak terbukti bersalah, tentu akan dipulihkan kembali hak-haknya," ucapnya.
Advertisement
2. Oknum Satpam
Selain HD, seorang oknum yang bertugas sebagai satpam di Bank Sumut juga diamankan petugas.
AD diamankan pihak Polres Simalungun di kediamannya, Jalan Karya Bakti, Serbelawan, Kecamatan Batu Nangar, Simalungun, Jumat 18 Mei 2018.
Sama seperti Dosen USU, AD ditangkap terkait tulisannya di media sosial Facebook. Di sana dia menulis:
'di Indonesia tidak ada teroris, itu hanya fiksi, pengalihan isu'.
Polres Simalungun yang mendapat info tersebut langsung melakukan penelusuran dan mengamankan AD.
3. Fitri Septiani Alhinduan
Fitri Septiani Alhinduan merupakan Kepala Sekolah SMP di Pontianak, Kalimantan Barat.
Oleh warganet, postigannya di Facebook soal bom Surabaya dianggap tidak bersimpati kepada para korban ledakan bom bunuh diri.
Karena tulisannya, Fitri ditangkap dan harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Berikut ini isi postingannya:
"Sekali mendayung, 2-3 pulau terlampaui. Sekali ngebom:1. Nama islam dibuat tercoreng2. Dana trilyunan program anti teror cair3. Isu 2019 ganti presiden tenggelamSadis lu, bong....rakyat sendiri lu hantam juga. Dosa besar lu..!!!" tulis Fitri di akun Facebooknya.
"Bukankah "teroris"nya sudah dipindahin ke NK? Wah..ini pasti program mw minta tambahan dana anti teror lagi nih? Sialan banget sih sampe ngorbankan rakyat sendiri? Drama satu kagak laku, mw bikin drama kedua." postingan keduanya di Facebook.
Reporter: Fellyanda Suci Agiesta
Sumber: Merdeka.com
Saksikan video pilihan selengkapnya di bawah ini:
Advertisement