Milenial Cenderung Tinggalkan Pekerjaan dalam Waktu 2 Tahun, Kenapa?

Ini alasan milenial meninggalkan pekerjaan dalam waktu dua tahun

oleh Vinsensia Dianawanti diperbarui 25 Mei 2018, 19:30 WIB
Generasi Milenial Tidak Menyadari Bahwa Masalah Kesehatan Tengah Mengintai Mereka Gara-gara Kebiasaan Buruk yang Mereka Kerjakan (Ilustrasi/iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Kebiasaan bekerja yang dilakukan oleh generasi milenial tentu berbeda dengan generasi sebelumnya. Dikutip dari Independent pada Jumat (25/5/2018), millenial memiliki kebiasaan meninggalkan pekerjaan dalam waktu dua tahun. Menurut sebuah survei, milenial memiliki keinginan untuk melakukan pekerjaan di tempat yang inklusif dan beragam.

Deloitte melakukan sebuah survei pada 10 ribu kaum mllenial, di mana Deloitte menemukan apa yang dimiliki perusahaan untuk membuat millenial ini bertahan dan apa yang membuat millenial memilih untuk mencari pekerjaan di tempat lain.

 


Alasan Milenial Tinggalkan Pekerjaan dalam 2 Tahun

Ilustrasi teman - sahabat - rekan kerja - selfie (iStockphoto)

Hasilnya, 43 persen dari generasi milenial berencana untuk meninggalkan pekerjaan mereka dalam dua tahun. Sementara, hanya 28 persen yang memiliki rencana untuk tetap setia bekerja di perusahaan lama.

Faktor yang membuat milenial berpikir untuk pindah bekerja dalam waktu dua tahun bukan hanya perkara gaji. Ternyata, para generasi millenial yang bekerja di perusahaan swasta sebagian besar telah kehilangan kepercayaan terhadap etika perusahaanya.

Dari kegagalan ini, 17 persen di antaranya meyakini bahwa bisnis masih berperilaku dengan cara yang etis. Sedangkan 16 persen justru meyakini bahwa fokus perusahaan adalah agenda mereka sendiri bukan mempertimbangkan masyarakat secara umum.

 


Alasan millenial tinggalkan pekerjaan dalam 2 tahun

Ilustrasi teman - sahabat - rekan kerja (iStockphoto)

Sebuah laporan menunjukkan bahwa 51 persen perusahaan hanya memikirkan laba. Ini yang membuat para milenial merasa para pemimpin bisnis telah menempatkan terlalu tinggi agenda perusahaan tanpa mempertimbangkan kontribusi mereka pada masyarakat luas.

Sedangkan generasi millenial ingin bekerja untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Ini juga membuktikan bahwa gagasan tentang uang yang membeli komitmen bagi generasi millenial adalah salah. Menurut para milenial, perusahaan perlu mengidentifikasikan cara mereka dapat secara positif memengaruhi komunitas tempat mereka bekerja dan fokus pada isu-isu seperti keragaman, inklusif, dan fleksibilitas.

Meski begitu, masih ada sekitar 44 persen generasi millenial yang percaya bahwa perusahaan memiliki kemampuan bisnis untuk mewujudkan perubahan yang berarti dalam masyarakat. Mereka pun percaya bahwa pemimpin bisnis mampu membuat dampak positif.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya