Pemanggang Portabel, Kreasi Santri yang Ingin Makan Enak Tanpa Jajan

Kebanyakan santri yang merantau memilih jajan saat bosan dengan menu makanan yang disediakan di asrama. Lewat itulah, santri di Sukoharjo membuat pemanggang portabel.

Oleh JawaPos.com diperbarui 24 Mei 2018, 08:29 WIB
Alat panggang grill over smoke orisinal buatan Firlia Prames Widari. (SEPTINA FADIA PUTRI/RADAR SOLO)

Sukoharjo - Menjadi santriwati rantau harus pintar membagi uang saku. Mereka bisa saja setia dengan menu makan yang disediakan pengelola pondok, tapi seringkali jenuh karena kurang variatif. Karena itu, sebagian memilih jajan di luar.

Tapi, jajan kebablasan bisa membuat uang saku hanya bertahan di awal bulan saja. Mengakali hasrat jajan yang tidak terkendali, Firlia Prames Widari terpikir membuat alat pemanggang portabel. Dia tak perlu lagi jajan di luar, cukup membuat sendiri menu kegemarannya di pesantren dengan alat tersebut.

"Kami juga pengen makan enak. Tapi kalau jajan ya sama saja harus keluarin uang saku. Nah, aku berpikir bagaimana caranya bisa terus makan enak tanpa merogoh kocek dalam-dalam. Kan kasihan juga uang orangtua (kirim uang, Red) cuma buat jajan," kata siswi kelas X SMA IT Nur Hidayah Boarding School Sukoharjo, Jawa Tengah itu, Kamis, 17 Mei 2018.

Dengan semangat berhemat, Firlia sapaan akrabnya memanfaatkan mata pelajaran (mapel) Kewirausahaan untuk membuat alat tepat guna yang bisa dipakai sehari-hari. Ia membuat grill over smoke, yakni sebuah pemanggang portabel.

"Aku dan teman-teman kan suka banget jajan bakso bakar, sosis bakar, dan makanan panggang lainnya. Nah, terinspirasi dari hobi jajan itu, aku pengen bikin alat pemanggang yang antimainstream," kata remaja asal Bengkulu ini.

Antimainstream seperti apa? Firlia menjelaskan alat buatannya ini portabel sehingga bisa dibawa ke mana-mana tanpa ribet. Tak hanya itu, alat pemanggang buatannya itu diklaim bisa menghasilkan cita rasa panggangan tersendiri yang berbeda.

"Waktu uji coba, rasa dagingnya lebih terasa masakan panggangnya. Enggak terasa gosong juga. Masakannya terasa tapi juga matang. Jadi sehat," kata remaja kelahiran Kediri, 27 September 2002 itu.

Firlia mengaku hanya butuh tiga pekan membuat alat pemanggang portabel tersebut. Bahkan, cukup sehari saja untuk merancang alat ini. Firlia menghabiskan dana sebanyak kurang dari Rp 1 juta.

"Yang bikin mahal itu bahan alumuniumnya. Karena dipilih alumunium yang khusus untuk makanan, jadi antikarat. Hampir 60 persen habis untuk alumunium. Sisanya untuk bahan dan modifikasi lainnya," jelas anak ketiga dari enam bersaudara ini.

Alat buatannya ini pernah ikut berkompetisi di ajang Kreasi dan Inovasi (Krenova) Kabupaten Sukoharjo. Namun, ia belum berkesempatan memenangkan kompetisi tersebut. Namun di perlombaan internal sekolah, alat pemanggang portabelnya meraih juara pertama.

"Penilaiannya berdasarkan voting oleh orangtua siswa saat laporan hasil belajar siswa. Mungkin karena dinilai dan dianggap lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari, banyak orangtua siswa yang tertarik dengan alat ini," tutur Firli.

Ke depan, Firli segera memperbarui kekurangan alat buatannya tersebut. Dia akan menambahkan kipas di dalam alatnya agar saat digunakan memanggang, arangnya tidak mudah mati.

Dengan menemukan inovasi alat ini, Firli merasa bangga dan bahagia bisa menunjukkan hasil karyanya pada kedua orangtuanya. "Kan nggak sia-sia anaknya jauh-jauh merantau di sini bisa menciptakan alat sendiri," paparnya.

Baca berita menarik JawaPos.com lainnya di sini.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya