Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) berkomitmen tetap menyediakan bahan bakar minyak (BBM), meski harga minyak dunia naik dan nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Pelaksana tugas Direktur Utama PT Pertamina, Nicke Widyawati, mengatakan, Pertamina tetap konsentrasi menyediakan BBM untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal itu dilakukan meski harga minyak naik dan nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS.
"Kembali lagi konsentrasinya kami menyiapkan pasokan untuk masyarakat," kata Nicke, di Jakarta, Kamis (24/5/2018).
Nicke menuturkan, semua pihak pasti mengalami dilema menghadapi kenaikan harga minyak dunia dan pelemahan mata uang. Namun, di tengah kondisi tersebut Pertamina akan konsisten menyalurkan BBM.
Baca Juga
Advertisement
"Kalau BBM enggak ada ribet, semua pasti mengalami itu (kondisi harga minyak naik dan rupiah melemah)," tutur dia.
Sementara itu, PT PLN (Persero) menyatakan akan tetap berkomitmen tidak menaikan tarif listrik hingga 2019, meski saat ini kurs rupiah terhadap dolar AS terus melemah dan harga minyak dunia merangkak naik.
Kepala Satuan Komunikasi Korporat PLN, I Made Suprateka mengatakan, dengan mengacu pada formula pembentukan tarif listrik penyesuaian yaitu kurs dolar AS, harga minyak Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) dan inflasi, seharusnya tarif listrik untuk golongan nonsubsidi mengalami kenaikan.
Namun, menurut Made, PLN dan pemerintah telah berkomitmen untuk tidak menaikkan tarif listrik sampai 2019, meski jika mengacu berdasarkan formula pembentukannya seharunya tarif listrik naik.
"Tarif adjustment PLN dan pemerintah punya komitmen, kita selau dengar bagaimana kita usahakan harga harus dijaga," ujar dia.
Harga Minyak Mentah Naik, Pendapatan Negara Ikut Naik
Sebelumnya, peningkatan harga minyak Indonesia atau Indonesia Crude Price (ICP) berdampak positif terhadap penerimaan negara dari sektor minyak dan gas bumi (migas). Namun, pemerintah tetap menjamin kenaikan harga minyak mentah tersebut tidak akan berdampak kepada kenaikan harga BBM jenis Premium dan solar subsidi.
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Agung Pribadi mengatakan, Harga minyak Indonesia mengalami peningkatan, jika dibandingkan rencana dalam APBN 2018. Hal ini membawa dampak pada meningkatnya penerimaan migas.
Meski penerimaan meningkat, harga jual BBM dijamin tidak naik hingga 2019 utamanya Premium, solar, dan minyak tanah. Adapun, penyesuaian harga BBM jenis lainnya pun harus melalui persetujuan pemerintah.
"Itu dalam rangka meningkatkan kestabilan ekonomi dan sosial masyarakat serta mempertahankan daya beli masyarakat," kata Agung, di Jakarta, Sabtu 19 Mei 2018.
Atas kenaikan ICP pada beberapa bulan terahir, pendapatan negara dari sektor migas meningkat, diperkiraan melebihi target Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).
Rata-rata harga miyak Indonesia Januari-April 2018 sebesar USD 64,12 per barel atau lebih tinggi sekitar USD 16 per barel dibandingka asumsi ICP dalam APBN 2018 yang sebesar USD 48 per barel.
Berdasarkan hitungan sensitivitas APBN 2018, setiap kenaikan ICP sebesar USD 1 per berpotensi meningkatkan penerimaan migas sekitar Rp 4 triliun, dengan catatan parameter lainnya misalnya lifting migas dan kurs tetap seperti dalam APBN 2018.
Jika dikalkulasikan, potensi tambahan penerimaan migas dari peningkatan ICP sekitar Rp 64 triliun, dengan catatan parameter lainnya dianggap tetap seperti dalam APBN 2018.
Terkait dengan penahanan harga Premium dan solar bersubsidi saat harga minyak mengalami kenaikan, Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Djoko Siswanto mengungkapkan, pemerintah sedang diusulkan penambahan subsidi BBM jenis solar sekitar Rp 1.000 per liter, dari sebelumnya Rp 500 per liter menjadi Rp 1.500 per liter.
"Perkiraan kami tambahan subsidi solar sekitar Rp 1.000 per liter. Sekarang Rp 500 per liter. Nanti usulannya ditambah Rp 1.000 per liter menjadi 1.500 per liter," tutur Djoko.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement