Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia melemah pada perdagangan saham Kamis pekan ini. Hal itu dipicu kekhawatiran investor terhadap pembicaraan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China yang mungkin mundur.
Namun, sentimen itu diimbangi dengan risalah pertemuan bank sentral AS atau the Federal Reserve yang menunjukkan tidak akan meningkatkan tempo kenaikan suku bunga.
Indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang cenderung mendatar. Sementara itu, indeks saham Jepang Nikkei susut 0,6 persen. Indeks saham Australia tergelincir 0,1 persen. Sedangkan indeks saham Selandia Baru naik 0,4 persen.
Presiden AS Donald Trump menyatakan dirinya tidak senang dengan pembicaraan perdagangan antara AS dan China. Ia ingin struktur berbeda dalam setiap kesepakatan perdagangan. Langkah itu menambah ketidakpastian atas negosiasi dan mendorong bursa saham melemah. Hal ini juga berimbas ke bursa saham Asia.
Baca Juga
Advertisement
Namun, risalah pertemuan the Federal Reserve pada 1-2 Mei meredakan kekhawatiran pasar terhadap kenaikan suku bunga yang akan lebih cepat. Risalah pertemuan the Federal Reserve itu dianggap tidak agresif sehingga membantu bursa saham AS atau wall street positif.
Indeks saham Dow Jones menguat 0,21 persen menjadi 24.886,81. Indeks saham S&P 500 mendaki 0,32 persen menjadi 2.733,29. Sedangkan indeks saham Nasdaq bertambah 0,64 persen menjadi 7.425.
“Risalah the Federal Reserve sebagian besar masih sesuai. Konsensus tidak menemukan tanda-tanda utama dari percepatan inflasi, perbaikan upah tinggi, dan tingkat partisipasi tenaga kerja masih merupakan misteri,” tulis analis Citi dalam sebuah laporan, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (24/5/2018).
Imbal hasil surat berharga AS bertenor 10 tahun turun menjadi 2,99 persen. Di pasar komoditas, harga minyak melemah usai kenaikan tak terduga dalam persediaan minyak mentah.
Harga minyak Brent berada di posisi USD 79,80 per barel. Sebelumnya harga minyak Brent sempat berada di atas USD 80 pada pekan lalu. Di pasar uang, dolar AS turun 0,25 persen terhadap yen menjadi 109,78. Euro naik 0,1 persen menjadi USD 1.17806. Sedangkan harga emas menguat ke posisi USD 1.295,51 per ounce.
Wall Street Menguat
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat tipis usai rilis hasil pertemuan terbaru bank sentral AS atau the Federal Reserve. Dari hasil rapat the Federal Reserve (the Fed) menunjukkan inflasi lebih tinggi mungkin tidak hasilkan kenaikan suku bunga lebih cepat.
Pada penutupan perdagangan saham Rabu (Kamis pagi WIB), indeks saham Dow Jones naik 52,4 poin atau 0,21 persen ke posisi 24.886,81. Indeks saham S&P 500 menguat tipis 8,85 poin atau 0,32 persen ke posisi 2.733,29. Indeks saham Nasdaq bertambah 47,50 poin atau 0,64 persen ke posisi 7.425,96.
Rilis hasil rapat the Federal Reserve bayangi wall street. Dari rilis hasil rapat itu menunjukan sebagian besar pejabat the Federal Reserve kemungkinan menaikkan suku bunga pada tahap berikutnya jika prospek ekonomi AS tetap kuat.
Sejumlah sektor saham menguat usai rilis hasil rapat bank sentral AS terutama sensitif dengan suku bunga. Sektor saham utilitas mencatatkan penguatan besar. Sedangkan sektor saham keuangan yang akan dapat keuntungan kenaikan suku bunga melemah 0,6 persen.
"Pasar mungkin bernafas sedikit lega karena mengetahui inflasi bahkan sedikit di atas dua persen belum tentu dorong kenaikan suku bunga lebih cepat,” ujar Mike Baele, Direktur Pelaksana Wealth Management Wealth US, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (24/5/2018).
Bank sentral AS telah menaikkan suku bunga sekali pada Maret 2018. Sejumlah pejabat the Federal Reserve menunjukkan terbagi ada yang mengharapkan kenaikan suku bunga sebanyak dua kali lagi dan tiga kali pada 2018. Investor di wall street mengharapkan kenaikan suku bunga pada rapat the Federal Reserve (the Fed) selanjutnya yaitu 12-13 Juni 2018.
Sebelum sentimen the Federal Reserve, komentar Presiden AS Donald Trump memicu skeptimisme lebih lanjut atas pembicaraan perdagangan antara AS dan China. Hal itu bebani pasar saham.
Trump memberi isyarat arah baru untuk negosiasi perdagangan. Ia menilai, kalau pembicaraan dengan China terlalu sulit untuk diselesaikan.
Adapun saham gerakkan pasar antara lain saham Target turun 5,7 ersen usai laba kuartalan perseroan naik tak sesuai yang diharapkan. Hal ini karena pemangkasan harga, kenaikan upah dan investasi bisnis online sehingga menekan marjin.
Sementara itu, saham Tiffany melonjak 23,3 persen usai hasil kuartalan perseroan melesat dari yang diperkirakan. Perseroan juga umumkan program pembelian kembali saham USD 1 miliar.
Saham Ralph Lauren naik 14,3 persen usai marjin tinggi mendorong perseroan catatkan laba bersih melebihi harapan analis. Selain itu, saham Lowe’s naik 10,4 persen.
Volume perdagangan saham tercatat 6,4 miliar saham. Angka ini di bawah rata-rata target perseroan sekitar 6,6 miliar saham di wall street.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement