Liputan6.com, Magelang - Para pengunjung tempat pengamatan Gunung Merapi di Pos Babadan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, mendengarkan suara gemuruh selama beberapa saat ketika terjadi letusan freatik lanjutan gunung berapi tersebut, Kamis (24/5/2018), pukul 10.48 WIB.
Belasan orang, baik warga, polisi, maupun jajaran petugas dari Puskesmas Dukun, Kabupaten Magelang, sedang berada di pos pengamatan Merapi di Babadan, ketika terjadi letusan freatik kedua pada hari ini. Sebelumnya, letusan terjadi sekitar pukul 02.56 WIB dengan ketinggian kolom asap mencapai 6.000 meter.
Petugas pengamat Merapi di Pos Babadan Triyono mengatakan letusan freatik pukul 10.48 WIB selama dua menit dengan ketinggian kolom 1.500 meter. "Arah angin ke barat," ujar dia, dilansir Antara.
Secara visual, puncak Gunung Merapi tidak tampak karena tertutup kabut tebal. Namun, Triyono mendengar secara langsung suara gemuruh dari puncak tersebut, dan kemudian ia mengecek aktivitas Merapi itu melalui beberapa perangkat di dalam pos.
Baca Juga
Advertisement
Jarak Pos Babadan hingga puncak Merapi sekitar 4,4 kilometer. Pos itu di barat daya puncak Merapi.
Ia juga mengatakan sejak terjadi letusan freatik Merapi yang pertama pada Jumat pagi, 11 Mei 2018, Pos Babadan menjadi tempat warga turut mengamati situasi puncak Merapi dan mendapatkan keterangan langsung dari petugas pengamat Merapi.
Masyarakat yang mengunjungi Pos Babadan, selain dari sekitar pos itu, juga dari beberapa tempat di Magelang dan Sleman (Yogyakarta) bagian barat.
Dua warga dari Desa Sorolanan, Kecamatan Sawangan, Davin (20) dan Syafii (20) menyatakan kaget sekaligus heran ketika berada di pos setempat, mendengar suara gemuruh tanda letusan freatik Merapi.
"Ternyata suaranya seperti itu ya," katanya.
Hujan Abu
Hujan abu tipis yang diduga dampak erupsi Gunung Merapi dilaporkan turun di wilayah Kroya, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Saat dihubungi dari Purwokerto, Kepala Unit Pelaksana Teknis Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Wilayah Kroya, Edi Purwanto mengatakan hujan abu tipis itu turun sekitar pukul 10.00 WIB.
"Di kantor saya yang berlokasi di Jalan Jenderal Soedirman, Kroya, agak kelihatan meskipun tipis. Saya belum menerima informasi mengenai kondisi daerah yang masuk UPT BPBD Wilayah Kroya," katanya.
Pengajar TK/PAUD Darussalam Kroya, Wening Probo Siwi mengatakan bahwa hujan abu tipis itu menjadi pembicaraan sejumlah orangtua murid yang menunggu kepulangan anaknya.
"Kebetulan saya masih di ruang kelas. Akan tetapi, beberapa orangtua murid membicarakan hujan abu tipis tersebut," katanya. Dia hanya melihat debu tipis yang menempel pada beberapa sepeda motor di halaman sekolah.
Terpisah, Kepala Kelompok Teknisi Stasiun Meteorologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Cilacap Teguh Wardoyo mengatakan bahwa hujan abu tipis yang turun di wilayah Kroya dimungkinkan merupakan debu vulkanis dari erupsi Gunung Merapi.
Menurut dia, hal itu disebabkan berdasarkan prakiraan kecepatan angin di ketinggian 18.000 kaki, pada Kamis (24/5/2018) pukul 10.00 sampai 15.00 WIB, berkisar 10-20 knot dari arah timur-timur laut menuju barat daya.
"Sementara, kecepatan angin di ketinggian 5.000 kaki pada pukul 07.00 s.d. 13.00 WIB diprakirakan 5 s.d. 10 knot dari arah timur ke barat. Tadi pada pukul 10.00 WIB, pergerakan debu vulkanis dari Gunung Merapi tidak terdeteksi oleh citra satelit cuaca Himawari karena tertutup awan," katanya.
Informasi yang dihimpun, selain wilayah Kroya, hujan abu tipis juga terjadi di Sumpiuh, Kabupaten Banyumas, dan beberapa daerah di pesisir selatan Jateng.
Status aktivitas Gunung Merapi dinaikkan dari normal menjadi waspada sejak Senin, 21 Mei 2018, menjelang tengah malam, setelah sejak Jumat, 18 Mei 2018, terjadi letusan freatik berulang-ulang.
Letusan freatik juga mengakibatkan hujan abu di beberapa kecamatan di Kabupaten Magelang, sedangkan Badan Penanganan Bencana Daerah (BPBD) setempat didukung para relawan melakukan berbagai langkah, termasuk membagikan masker kepada masyarakat.
Berdasarkan pemantauan, masyarakat di kawasan lereng barat Merapi di Kabupaten Magelang beraktivitas seperti biasa, antara lain mencari rumput untuk ternak sapi, mencari kayu bakar, mengelola tanaman sayuran. Selain itu, anak-anak tetap berangkat sekolah dan aktivitas masyarakat di Pasar Talun Kecamatan Dukun juga normal.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement