Liputan6.com, Jakarta - Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri ternyata sudah mengintai para pelaku teror bom di Surabaya dan Sidoarjo, Jawa Timur. Namun, petugas melonggarkan pengawasannya karena menilai Dita Oeprianto, Anton Ferdiantono, dan Tri Murtiono bersosialisasi dengan baik di masyarakat.
"Memang sekitar tiga bulan terakhir sebelum kejadian kan, dari Densus pengawasannya agak dikendurkan karena melihat yang bersangkutan sudah bersosialisasi dengan masyarakat dengan baik," ucap Kepala Divisi Humas Polri Irjen Setyo Wasisto di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Kamis (24/5/2018).
Advertisement
Namun, kelonggaran pengawasan tersebut justru dimanfaatkan Dita cs untuk merakit bom. "Karena dia (Dita) sendiri kan membuat herbal-herbal. Jadi orang enggak curiga gitu kalau dia sedang meracik (bom)," tutur Setyo.
Bom bunuh diri meledak di tiga gereja di Surabaya hampir bersamaan pada Minggu, 13 Mei 2018 pagi. Malamnya, bom rakitan meledak di salah satu unit Rusun Wonocolo, Sidoarjo. Teror bom bunuh diri juga meledak di gerbang Mapolrestabes Surabaya keesokannya.
Buat Bom dari Tutorial
Setyo mengatakan, para pelaku, yakni Dita Oeprianto, Anton Ferdiantono, dan Tri Murtiono merakit bomnya sendiri. Mereka belajar dari video tutorial pembuatan bom.
"Mereka kan memang setiap minggu menurut anaknya Anton, mereka ada pengajian. Di pengajian itu disampaikan film-film tentang kekerasan, film-film manual tentang pembuatan bom," ujar Setyo.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement