Polri Kendurkan Pengawasan ke Pelaku Teror Bom Surabaya, Ini Sebabnya

Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri ternyata sudah mengintai para pelaku teror bom di Surabaya dan Sidoarjo, Jawa Timur.

oleh Nafiysul Qodar diperbarui 24 Mei 2018, 14:52 WIB
Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Setyo Wasisto memberi keterangan penangkapan empat terduga teroris Cianjur, di Mabes Polri, Minggu (13/5). Dari penangkapan, polisi menyita kartu identitas, ponsel, kartu ATM, dua senjata api (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri ternyata sudah mengintai para pelaku teror bom di Surabaya dan Sidoarjo, Jawa Timur. Namun, petugas melonggarkan pengawasannya karena menilai Dita Oeprianto, Anton Ferdiantono, dan Tri Murtiono bersosialisasi dengan baik di masyarakat.

"Memang sekitar tiga bulan terakhir sebelum kejadian kan, dari Densus pengawasannya agak dikendurkan karena melihat yang bersangkutan sudah bersosialisasi dengan masyarakat dengan baik," ucap Kepala Divisi Humas Polri Irjen Setyo Wasisto di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Kamis (24/5/2018).

Namun, kelonggaran pengawasan tersebut justru dimanfaatkan Dita cs untuk merakit bom. "Karena dia (Dita) sendiri kan membuat herbal-herbal. Jadi orang enggak curiga gitu kalau dia sedang meracik (bom)," tutur Setyo.

Bom bunuh diri meledak di tiga gereja di Surabaya hampir bersamaan pada Minggu, 13 Mei 2018 pagi. Malamnya, bom rakitan meledak di salah satu unit Rusun Wonocolo, Sidoarjo. Teror bom bunuh diri juga meledak di gerbang Mapolrestabes Surabaya keesokannya.


Buat Bom dari Tutorial

Aparat kepolisian menutup jalan menuju Polrestabes Surabaya setelah serangan bom bunuh diri di Jawa Timur, Senin (14/5). Diduga, pelaku seorang pria dan wanita yang berboncengan dengan sepeda motor dan membawa seorang anak kecil (AP/Achmad Ibrahim)

Setyo mengatakan, para pelaku, yakni Dita Oeprianto, Anton Ferdiantono, dan Tri Murtiono merakit bomnya sendiri. Mereka belajar dari video tutorial pembuatan bom.

"Mereka kan memang setiap minggu menurut anaknya Anton, mereka ada pengajian. Di pengajian itu disampaikan film-film tentang kekerasan, film-film manual tentang pembuatan bom," ujar Setyo.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya