Fokus, Sleman - Letusan freatik Gunung Merapi kembali terjadi dini hari tadi meski dengan jeda lebih panjang.
Gelombang pengungsian warga yang tinggal dalam radius 5 kilometer dari kawah gunung di Sleman, Yogyakarta mulai terjadi, menyusul letusan freatik Merapi yang diperkirakan masih akan terus terjadi selama beberapa hari ke depan.
Advertisement
Seperti ditayangkan Fokus Indosiar, Kamis (24/5/2018), Letusan freatik di Gunung Merapi terjadi sekitar pukul 03.00 dini hari tadi, dengan tinggi kolom tercatat 6.000 meter. Sekitar 4 menit, letusan terdengar di semua pos pengamatan dan mengarah ke barat.
Menyusul letusan tersebut, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPTTKG) Yogyakarta, kembali meminta warga meningkatkan kewaspadaan. Jika beraktivitas di luar ruangan selalu kenakan alat pelindung, seperti masker, kacamata, topi dan lainnya.
Gempa tremor yang terjadi pada 21 Mei lalu, saat ini sudah tidak terjadi lagi. Namun, status Merapi belum bisa diturunkan menjadi aktif normal, karena masih melihat perkembangan lebih lanjut.
Sementara itu, jalur evakuasi pengungsi Gunung Merapi di Klaten, Jawa Tengah, sepanjang 4 kilometer kondisinya masih rusak parah. Kerusakan jalan makin diperparah dengan banyaknya truk batu dan pasir yang setiap hari melintas. Hingga arus lalu lintas tampak tersendat.
Warga meminta jalan segera diperbaiki agar tidak menghambat proses evakuasi warga dari lereng Gunung Merapi bila kembali meletus.
Gelombang pengungsian warga sesungguhnya mulai terjadi di Cangkringan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Menyusul terus terjadinya letusan freatik, puluhan warga yang tinggal di lereng gunung dalam radius 5 kilometer dari puncak gunung, memilih untuk mengungsi ke balai Desa Glagaharjo.