Rusia Luncurkan Uang Kertas Edisi Khusus Piala Dunia 2018

Desain uang melambangkan aspirasi generasi muda dan para pesepak bola legendaris Rusia.

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Mei 2018, 07:48 WIB
Seorang wanita menunjukkan uang kertas pecahan 100 rubel baru yang dirancang khusus untuk Piala Dunia 2018 di Moskow, Rusia, Selasa (22/5). Sekitar 20 juta uang kertas polimer akan dimasukkan ke dalam sirkulasi. (AFP/Kirill KUDRYAVTSEV)

Liputan6.com, Moskow - Uang kertas sebesar 100 rubel (setara dengan Rp 23.000) edisi khusus untuk memperingati Piala Dunia FIFA 2018 secara resmi telah beredar di Rusia.

Dikutip dari laman RBTH Indonesia, Jumat (25/5/2018), desain uang ini melambangkan aspirasi generasi muda Negeri Beruang Merah, dan para pesepak bola teladan dan legendaris Rusia, seperti kiper tersohor era Soviet, Lev Yashin.

Di sisi sebaliknya adalah bola sepak terbang, yang mewakili dunia dan sifat internasional dari Piala Dunia. Lebih dari 20 juta uang kertas telah dicetak.

Selain meluncurkan uang, inovasi lain yang dilakukan Rusia adalah menyediakan sekitar 400 kasir yang siap membantu para penggemar sepak bola dari luar negeri untuk bermobilisasi melalu sistem kereta bawah tanah Moskow, Rusia.

Penggemar sepak bola dari luar negeri kini bisa bernapas lega untuk menggunakan sistem metro Moskow, Rusia, selama Piala Dunia pada musim panas ini. Sebab secara teori, semudah menjentikkan jari.

Para kasir yang bisa berbahasa Inggris siap melayani ratusan kassa di stasiun-stasiun metro.

Anda tak akan kesulitan menemukan mereka karena pegawai-pegawai ini akan ditandai dengan stiker besar yang bertuliskan: "We speak English!" (Kami berbicara bahasa Inggris).

Pegawai-pegawai metro di Rusia akan siap menjelaskan jenis tiket mana yang harus dibeli para suporter asing, cara mengisi ulang kartu Troika, dan menjawab segala pertanyaan.

Saat ini, ada 340 kasir berbahasa Inggris yang bekerja di 76 stasiun metro.

Ketika Piala Dunia dimulai, jumlahnya akan meningkat menjadi 400 orang.

Sebelas kota di Rusia siap menjadi tuan rumah pertandingan sepak bola terbesar di dunia dari 15 Juni hingga 15 Juli 2018.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Rusia Dikecam Aktivis Lingkungan Jelang Piala Dunia 2018

Ilustrasi (iStock)

Rusia kini sedang mempercantik diri. Negeri Beruang Merah itu punya alasan kuat untuk menggelontorkan anggaran negara triliunan rupiah. Pasalnya, pada musim panas tahun ini, Rusia menjadi tuan rumah Piala Dunia 2018.

Sejumlah infrastruktur dibenahi, pembangunan dilakukan, dan 12 stadion di 11 kota serentak dirombak lapangan hijaunya.

Pejabat berharap, jalannya pertandingan sepak bola paling bergengsi -- 14 Juni hingga 15 Juli -- lancar. Akan tetapi, ada satu hal yang mengganggu pikiran para aktivis lingkungan.

Mereka mengecam panitia penyelenggara Piala Dunia 2018 karena memerintahkan untuk membunuh sekitar 2.000 anjing liar di seluruh kota. Pembasmian anjing-anjing itu harus selesai dilakukan sebelum perhelatan olahraga terbesar dunia itu dimulai.

Para aktivis mengatakan, panitia membunuh anjing-anjing liar dengan cara yang kejam, yaitu menembak atau menyuntikkan racun ke tubuh anjing (dikenal sebagai eutanasia).

Panitia berkilah, anjing-anjing liar itu bisa membawa penyakit rabies yang mengganggu jalannya pertandingan. Namun, tindakan seperti itu dianggap sebagai pembunuhan massal.

"Ini harus dihentikan, reputasi negara kita dipertaruhkan, karena membunuh hewan di jalan-jalan adalah tindakan tak beradab. Dengan dana yang sama besarnya (dengan pembangunan infrastruktur), panitia hanya perlu menangkap, memberi vaksin, sterilisasi dan mengakomodasi hewan-hewan itu," ujar seorang aktivis lingkungan dan hewan kepada Kepala Komite Perlindungan Lingkungan Rusia Vladimir Burmatov, dilansir Newsweek.

Atas permohonan para aktivis itu, Komite Perlindungan Lingkungan Rusia kemudian mengirimkan surat kepada Menteri Olahraga Pavel Kolobkov.

Pihaknya meminta agar sejumlah kota menggunakan metode manusiawi saat membunuh anjing-anjing liar. Tujuannya untuk menghindarkan reaksi negatif masyarakat.

"Kami telah menerima banyak masukan dari aktivis lingkungan dan warga yang peduli terhadap kehidupan anjing-anjing liar itu. Mereka menyebut cara yang kami lakukan adalah pembunuhan massal," tutur Burmatov, menanggapi protes para aktivis.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya