Liputan6.com, Redmo Bill Gates sempat merasakan pengalaman sebagai mahasiswa Universitas Harvard. Sayangnya, ia harus berhenti sehingga tidak punya gelar.
Bukan karena tak punya uang, Gates mandek dari bangku kuliah karena lebih memilih menekuni hasratnya di bidang teknologi. Dia pun mendirikan Microsoft yang sekarang menjelma menjadi perusahaan raksasa teknologi.
Advertisement
Jika ada kesempatan kuliah lagi, Gates tidak ingin mengambil jurusan yang sama. Dia justru lebih ingin mendalami studi Artificial Intelligence (AI) alias kecerdasan buatan.
“Saat ini, saya ingin belajar tentang software, dalam hal ini Artificial Intelligence,” kata dia dikutip dari CNBC, Jumat (25/5/2018).
Menurut Gates, komputer meninggalkan banyak masalah untuk dikerjakan. Ada banyak hal yang tidak bisa dibaca oleh komputer, tetapi bisa dikerjakan kecerdasan artifisial.
“Saya iri dengan kalian yang bekerja untuk kecerdasan artifisial. Itu adalah masalah paling menarik yang pernah ada,” kata suami Melinda Gates itu.
Bill Gates mengatakan, AI bisa membuat seseorang menjadi lebih produktif dan kreatif. “Inovasi bisa meningkatkan banyak aspek kehidupan,” tandasnya.
Bill Gates Juga Ingin Jadi Guru Matematika
Sebelum Microsoft sukses di tahun 1980-an, Bill Gates rupanya sempat mengalami rasa minder.
Ya, salah satu orang terkaya di dunia ini sempat merasa tidak percaya diri. Dia bahkan punya ketakutan bisnisnya tidak akan berjalan dengan lancar.
Hal ini dikisahkan Gates di depan mahasiswa Harvard bulan lalu. "Bahkan, pikiran bahwa Microsoft akan menjadi perusahaan besar, tidak pernah terpikirkan," kata Gates sebagaimana dikutip Tekno Liputan6.com dari CNBC, Selasa (22/5/2018).
Gates mengakui dirinya adalah orang yang introvert dan antisosial. Alih-alih bercita-cita jadi programmer terkemuka, Gates bercerita dirinya ingin jadi pengajar Matematika.
"Ketika di SMA, saya berpikir bahwa saya adalah murid yang baik. Makanya saya ingin menjadi pengajar (guru) atau profesor di bidang Matematika," tutur Bill Gates.
Dia mengatakan, sangat memiliki ketertarikan pada disiplin Matematika, terutama terkait dengan persoalan Matematika.
"Ada soal yang sulit dipecahkan dan saya suka soal yang sulit," ucap suami Melinda Gates itu.
Namun, banyak hal berubah setelah seorang teman yang juga mitra Bill Gates, yakni Paul Allen, meyakinkan Gates untuk serius menekuni bidang programming computer.
Advertisement
Keluar dari Zona Nyaman
Gates menyebut dirinya tidak pernah berencana akan berkarier di dunia teknologi ataupun bisnis. Namun, Allen menantang Gates untuk keluar dari zona nyamannya.
Meskipun Allen tidak berkuliah di Harvard dengan Gates, keduanya bekerja di perusahaan software Honeywell sebagai programmer komputer pada 1974.
Ketika komputer personal (PC) pertama di dunia rilis akhir tahun itu, Allen menyarankan Gates untuk mencoba sesuatu yang berbeda.
"Kalau kamu pikir kamu sangat pintar, bisakah kamu mencari tahu tentang komputer ini?" tanya Allen saat itu.
Gates pun menjawab, "Saya menjawab, ya, saya bisa."
Setelah melihat mikroprosesor komputer tersebut, Gates dan Allen memutuskan untuk drop out dari kampus dan benar-benar membangun Microsoft.
"Ini adalah waktunya untuk drop out dan benar-benar mengembangkan Microsoft sebagai yang pertama dalam bisnis ini," kata Gates.
Tentunya, keputusan keduanya benar-benar membutuhkan mental yang kuat.
"Kamu tahu, beralih ide dari menjadi pengajar ke CEO, manajer, pemimpin, berkembang tiap waktu," ujar pria 62 tahun ini.
Reporter: Maulana Kautsar
Sumber: Dream.co.id
(Jek)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: