Liputan6.com, Jakarta - Terkadang orang dibuat ragu saat akan mengonsumsi suatu makanan. Sejumlah mitos yang menyebutkan dampak buruk setelah memakannya kerap menjadi pertimbangan.
Seperti "apakah benar susu sapi dan gandum tidak sehat?" atau "apakah makanan organik lebih sehat dari konvensional?".
Advertisement
Ternyata beberapa mitos tentang makanan tidaklah benar. Seorang ahli nutrisi, Martijn Katan mengungkap mitos-mitos dan klaim yang salah tentang makanan.
Orang yang tidak enak badan, biasanya menyalahkan makanan, kata Martijn Katan.
"Kita semua makan setidaknya tiga kali sehari. Siapa pun yang merasa tidak enak badan selalu berkata, "Ini pasti karena sesuatu yang tadi saya makan." Selain itu, ada ratusan teori tentang jenis diet apa yang terbaik dan bagaimana melindungi tubuh dari penyakit dan alergi.
Ahli gizi Martijn Katan melihat lebih dekat cerita-cerita horor yang beredar dan kehebohan tentang makanan, dari makanan super, diet terbaik, hingga bahaya terbesar yang ada di rak supermarket, seperti dikutip dari DW, Minggu (27/5/2018).
Mitos 1: Makanan organik lebih sehat daripada makanan yang diproduksi secara konvensional
Pertanian organik sangat baik, misalnya, untuk kesehatan tanah. Namun sayangnya, produk organik tidak lebih sehat daripada makanan yang diproduksi oleh pertanian konvensional. Jumlah pestisida dalam makanan umumnya sangat kecil sehingga tidak menjadi masalah. Sayuran organik mengandung lebih sedikit nitrat daripada sayuran non-organik, tetapi belum jelas apakah ini merupakan suatu keuntungan.
Dulu orang-orang berpikir bahwa nitrat dalam tubuh akan bereaksi terhadap nitrit dan nitrosamin dan oleh karenanya menjadi karsinogenik. Kini kita tahu bahwa hal ini tidak benar. Nitrat mungkin menurunkan tekanan darah, tapi itu bukan merupakan hal yang buruk.
Namun demikian, ada cukup alasan bagi kita untuk mendukung pertanian organik. Sebagai contoh, petani organik menggunakan lebih sedikit antibiotik dalam peternakan dibandingkan petani konvensional. Penggunaan antibiotik yang berlebihan dapat menyebabkan perkembangan bakteri resisten, yang bisa berbahaya bagi kita semua.
Mitos 2: Sayuran mentah adalah yang paling sehat karena kalau dimasak nutrisinya hilang
Sayuran tidak mengandung banyak nutrisi tinggi. Namun, sayuran mengandung banyak vitamin C dan asam folat. Kandungan vitamin C berkurang selama memasak, tetapi itu tidak masalah: Kekurangan vitamin C tidak lagi menjadi masalah di masyarakat kita.
Memasak sayuran, di sisi lain, memiliki kelebihan. Jika dimasak, sayuran menjadi lebih padat, jadi Anda bisa makan lebih banyak. Dan selama memasak, kuman apapun bisa mati, misalnya bakteri E.coli O157, yang saat ini menyebabkan masalah pada sayuran mentah dan salad di AS.
Mitos 3: Susu sapi tidak sehat dan memicu alergi
Lemak susu sapi memang tidak terlalu sehat karena meningkatkan kolesterol dalam darah dan risiko penyakit kardiovaskular. Lebih baik mengonsumsi susu dan produk susu yang rendah lemak. Susu dan produk susu sebenarnya mengandung banyak manfaat: Vitamin B12, yodium, kalium, seng, dan beberapa vitamin B. Susu juga merupakan sumber protein yang baik untuk kaum vegetarian.
Satu hingga dua persen anak-anak alergi terhadap protein susu, tetapi ini biasanya hilang dengan sendirinya saat mereka tumbuh besar. Dan laktosa kadang-kadang tidak bisa dikonsumsi oleh orang-orang dari Afrika, Asia dan Eropa selatan, tetapi ini biasanya hanya ketahuan jika mereka minum susu dalam jumlah besar.
Namun, susu memiliki satu kelemahan. Ada kemungkinan susu membantu perkembangan kanker prostat pada pria. Meskipun demikian, ada bukti yang lebih kuat bahwa susu menghambat kanker usus.
Mitos 4: Jika Anda ingin menurunkan berat badan, Anda tidak boleh mengkonsumsi karbohidrat
Karbohidrat meningkatkan kadar gula darah dan menyebabkan pelepasan insulin, yang menghambat pembakaran lemak.
Setiap diet dapat berfungsi dengan baik apapun bentuknya. Baik itu diet dengan mengkonsumsi lebih sedikit karbohidrat, lebih sedikit lemak atau lebih sedikit makanan yang namanya dimulai dengan huruf A sampai L. Dengan melakukan diet, Anda makan lebih sedikit karena Anda tidak bisa langsung makan apa yang Anda inginkan. Oleh karena itu, diet menurunkan asupan kalori normal kita.
Selama tiga miliar tahun kehidupan, manusia telah menjadi spesialis untuk tidak kehilangan kalori tubuh. Apa pun yang masuk ke mulut dapat digunakan dan dibakar oleh otot atau disimpan.
Tidak ada yang dibuang, baik itu karbohidrat, protein atau lemak. Ini seperti rekening tabungan: Tidak ada bedanya di bank mana saya menyetor uang, bedanya hanya pada berapa banyak jumlahnya. Semuanya berakhir di rekening tabungan atau di perut.
Mitos 5: Gandum harus dihindari karena tidak sehat
Ada orang yang tidak tahan dengan gluten dan menjadi sangat sakit karenanya. Penyakit karena gluten disebut penyakit celiac. Dalam setiap 1.000 orang, penyakit serius ini mempengaruhi sekitar satu hingga lima individu.
Meskipun begitu, kebanyakan orang tidak punya masalah dalam mencerna gandum.
Namun, gagasan bahwa gandum bertanggung jawab untuk banyak masalah kesehatan kita telah tersebar luas. Tentu saja, kita semua memiliki masalah kesehatan. Kita pernah mengalami sakit, lelah, lemas atau depresi. Jutaan wanita menderita sindrom iritasi usus besar, suatu kondisi yang sangat rentan terhadap efek plasebo.
Hal ini menyebabkan orang yang sakit perut berpikir bahwa gandum lah penyebabnya. Padahal hampir tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa ada sesuatu dalam gandum yang membuat banyak orang sakit.
Mitos 6: Vitamin C mencegah masuk angin. Lebih baik minum vitamin C terlalu banyak daripada terlalu sedikit
Teori ini telah diuji secara ekstensif. Hasilnya menunjukkan bahwa vitamin C tidak melindungi tubuh dari pilek.
Jika Anda minum sejumlah besar vitamin C setiap hari sebelum Anda terkena pilek, pilek berikutnya tidak bertahan 5 hari, tetapi 4,5 hari. Dan untuk hal itu Anda harus minum 1.000 mg vitamin C setiap hari. Tentu itu tidak sehat.
Dua penelitian besar telah menunjukkan bahwa terlalu banyak konsumsi vitamin C dapat menyebabkan masalah batu ginjal karena vitamin C sebagian diubah menjadi oksalat, komponen batu ginjal.
Mitos No. 7: Gula menyebabkan ADHD pada anak-anak
ADHD atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder adalah gangguan yang menyebabkan anak-anak menjadi hiperaktif. Gula dipercaya menjadi penyebab ADHD pada anak-anak.
Teori ini dikembangkan di AS 50 tahun yang lalu, tetapi terbukti tidak benar. Kemudian ada teori bahwa bukan gula melainkan pewarna buatan yang memicu ADHD.
Tidak ada bukti kuat untuk mendukung teori ini. Bisa jadi sejumlah kecil anak-anak memang hiperaktif, tetapi mereka hanyalah anak-anak: Mereka sangat aktif, dan di masyarakat kita semakin sedikit tersedia ruang untuk menyalurkan keaktifan anak.
Jika anak-anak tinggal di daerah pertanian, mereka dapat menjadi hiperaktif sejauh yang mereka inginkan, dan itu tidak membahayakan.
Jadi apa yang harus kita waspadai?
Bahaya sesungguhnya daripada makanan adalah rokok, alkohol dan obesitas.
Jika kita berbicara tentang pola makan di negara industri seperti Jerman, maka masalah terbesarnya adalah orang makan terlalu banyak. Dan obesitas menyebabkan banyak penyakit, termasuk kanker.
Martijn Katan adalah Profesor Emeritus Ilmu Gizi di Vrije Universiteit, Amsterdam, Belanda. Dia menulis kolom untuk harian Belanda NRC Handelsblad dan menulis buku, "Mengapa roti tidak berbahaya untuk kita dan microwave tidak menghancurkan vitamin."
Saksikan juga video berikut ini: