Liputan6.com, Jakarta - Perangkat rumah pintar (smart home) sedang menjadi tren terbaru di kalangan mereka yang antusias pada perkembangan teknologi.
Sudah bukan informasi baru pula bila perkembangan teknologi selalu diiringi munculnya masalah baru. Ini kembali terjadi pada kasus yang diakibatkan asisten pintar Alexa, bagian perangkat rumah pintar Amazon.
Baca Juga
Advertisement
Dilansir Bloomberg, Senin (28/5/2018), percakapan pasangan di negara bagian Oregon, Amerika Serikat (AS), tak sengaja terekam oleh perangkat Alexa, dan tersebar ke pihak lain.
Salah satu kolega dari pasangan itu langsung menelepon dan menyuruh mencabut sambungan Alexa karena diduga perangkat tersebut diserang hacker.
Amazon menyebut insiden itu bukanlah serangan hacker, tapi terjadi saat Echo (speaker Alexa) mendengar sebuah kata yang mirip dengan kata kunci perangkat, sehingga otomatis percakapan direkam.
Pasangan yang tak sadar sedang direkam terus berbicara, dan tak sengaja menyebut nama yang ditangkap Echo sebagai orang penerima rekaman dan percakapan tersebut malah dikirim tanpa sepengetahuan mereka.
"Meski runtutan kejadian ini sangat tidak mungkin terjadi, kami sedang mengevalusi opsi-opsi agar kasus serupa berkurang," ucap Amazon dalam responsnya.
Kasus ini terjadi setelah lebih dari 40 juta orang memakai perangkat rumah pintar besutan Amazon. Perangkat seperti Alexa pun sedang terus dikembangkan oleh Amazon agar bisa bersaing dengan perangkat lain buatan Alphabet dan Apple.
Lebih Baik Tidak Usah Beli?
Kekhawatiran bila alat perangkat rumah pintar diretas membuat pengaman teknologi mengajak konsumen agar mempertimbangkan ulang sebelum membelinya.
"Kita membawa sistem-sistem ini ke rumah yang kemudian baru terlihat konsekuensi negatifnya," ucap Daniel Kahn Gillmor, ahli teknologi di American Civil Liberties Union (ACLU).
Gillmor menambahkan, perangkat seperti itu bukanlah kebutuhan primer dan tidak dibutuhkan sepanjang waktu, sehingga "keajaiban" yang ditawarkan perangkat seperti Echo belum tentu wajib dimiliki.
Pendapat senada diberikan oleh Ryan Calo, ahli hukum teknologi dari Universitas Washington. "Pikirkan rasa tak nyaman yang sekarang dirasakan jutaan orang pemilik perangkat ini," ujar Calo.
Ia menyebut ketika ketenangan di rumah diganggu oleh perangkat rumah pintar, maka itu adalah kerugian yang nyata.
Advertisement
Hacker Menyerang Lewat Perangkat Rumah Pintar
Sebelumnya, ada sebuah kasus lain yang diakibatkan perangkat rumah pintar yang diretas. Kasino di Eropa diretas lewat termostat akuarium. Akibatnya, database penjudi di kasino itu diambil hacker.
"Para penyerang menggunakan hal itu sebagai pijakan pada jaringan. Mereka lalu menemukan database penjudi, kemudian menariknya sepanjang jaringan, lewat termostat, dan menuju cloud," ucap Nicole Eagan, CEO Darktrace, perusahaan keamanan siber.
Eagan menjelaskan bagaimana IoT (Internet of Things) memberikan ranah baru bagi para hacker untuk melaksanakan kejahatan.
"Ada banyak perangkat IoT rumahan, mulai dari termostat, sistem kulkas, sistem HVAC, sampai orang-orang yang membawa perangkat Alexa mereka ke kantor," timpal Eagan.
Ia pun menjelaskan bagaimana pertahanan yang bersifat tradisional tidak dapat menangani kejahatan hacker lewat IoT.
Robert Hannigan yang pernah menjadi petinggi badan mata-mata digital pemerintahan Inggris, turut setuju pada penjelasan Eagan terkait bahaya perangkat IoT.
Ia pun berharap pihak pemerintah dapat menyusun regulasi yang diperlukan, karena akan ada masalah-masalah yang timbul akibat IoT.
"Mungkin ini adalah satu area di mana regulasi untuk standar keamanan minimum diperlukan, karena pasar tidak akan melakukannya seorang diri," tuturnya.
(Tom/Ysl)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: