Liputan6.com, Jakarta Kenyataan memang terkadang berbeda dengan apa yang kita rencanakan sebelumnya. Termasuk dengan pendidikan, pekerjaan, dan juga karier.
Ketika seseorang menempuh suatu pendidikan untuk tujuan karier, tetapi ternyata ketika lulus mendapatkan pekerjaan berbeda, jangan mempermasalahkan hal ini. Bisa jadi, hal tersebut merupakan cara Anda untuk meraih tujuan hidup.
Advertisement
"Ketika kita lulus, perjalanan bisa terbawa ke mana-mana. Opsi tidak cuma A sampai B, misalnya S1-nya apa, terus S2-nya apa, tiba-tiba pekerjaannya apa. Itu mungkin banget terjadi," kata psikolog Felicia Nainggolan.
"Jangan berkecil hati. Mengapa? Menurut aku perlu dipahami bahwa perspektifnya harus diubah. Bedakan pekerjaan sama karier. Karena itu hal yang berbeda," ujar Felicia dalam acara Discover Yourself, Discover Your Future di kawasan Sudirman, Jakarta, ditulis Senin (28/5/2018).
"Kalau aku boleh kasih perumpamaan itu seperti kompas atau arah mata angin. Ada utara, timur, tenggara, selatan, dan lain-lain. Awalnya mungkin hanya tahu arah timur. Oke gue ke timur terus. Tetapi ternyata dalam perjalanan karier, tiba-tiba ke timur tenggara, makin lama makin mengerucut," tutur psikolog Personal Growth tersebut menjelaskan.
Saksikan juga video menarik berikut ini:
Karir Memiliki Perjalanan
Karena itulah, karir merupakan suatu hal yang berbeda dari pekerjaan. Karir memiliki "perjalanannya" sendiri dan merupakan suatu hal yang bersifat panjang, bukan sementara.
"Karena itu namanya perjalanan karir. Karena itu bukan pilihan satu waktu saja, tapi terus menerus" tambah perempuan yang menempuh gelar S1 nya di Universitas Padjajaran, Bandung tersebut.
"Memang perjalanan karir oke untuk kita menerima kesempatan yang datang dalam hidup kita. Karena bagaimanapun, itu membawa kita ke tujuan hidup kita,"
Menurut Felicia, sesungguhnya yang terpenting adalah tujuan hidup. Hal tersebutlah yang merupakan benang merah untuk kita dalam menempuh pekerjaan dan kehidupan.
"Penting banget kita punya patokan mau ke arah mana," tambah psikolog yang mendapat gelar Master di psikologi klinis dewasa dari Universitas Indonesia ini.
Advertisement