IAIN Tulungagung Tak Akui Lagi Mahasiswi yang Dideportasi dari Suriah

Deportan Suriah yang diduga terkait jaringan ISIS, IN adalah sama persis dengan identitas IN yang tercatat di buku induk mahasiswa IAIN Tulungagung.

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Mei 2018, 19:01 WIB
Ilustrasi ISIS

Liputan6.com, Tulungagung - Pihak rektorat IAIN Tulungagung menyatakan bahwa mahasiswi berinisial IN --satu dari tujuh WNI deportan Suriah-- bukan lagi berstatus mahasiswa IAIN Tulungagung meski identitas yang sama pernah menjalani perkuliahan hingga semester VI.

"IN sudah tidak aktif sejak awal semester VII pada tahun ajaran 2017 hingga sekarang. Statusnya dengan demikian nonaktif atau DO," ucap Pembantu Rektor III IAIN Tulungagung, Abad Badruzzaman, di Tulungagung, Senin (28/5/2018), dilansir Antara.

Ia membenarkan nama deportan Suriah yang diduga terkait jaringan ISIS, IN adalah sama persis dengan identitas IN yang tercatat di buku induk mahasiswa IAIN Tulungagung.

Namun, pihak kampus belum berani membuat kesimpulan bahwa dua identitas tersebut adalah milik orang yang sama. Artinya deportan atas nama IN merupakan WNI asal Tulungagung yang pernah menjalani perkuliahan di IAIN Tulungagung.

"Kami belum akan menyimpulkan bahwa nama tersebut (IN) pasti mahasiswa IAIN Tulungagung. Namun, jika mengacu data dari intel, semua identik dengan database kami," kata Abad Badruzzaman.

Data pendukung dimaksud Abad adalah kesesuaian antara nama, alamat, tempat tanggal lahir hingga riwayat sekolah sebelum kuliah IN.

Gadis kelahiran 23 November 1994 itu tercatat masuk di IAIN Tulungagung pada 2014 dengan mengambil bidang ilmu (jurusan) Tadris Matematika, Fakultas Tarbiyah, dan Ilmu Keguruan.

Awal perkuliahan IN menjalaninya dengan normal. Semester 1 IN mengambil 11 mata kuliah dengan total 22 SKS. Konsistensi Irma berlanjut hingga semester V.

Namun, memasuki semester genap di tahun ketiga ia menjalani perkuliahan, IN mulai sering membolos. Dari total 10 mata kuliah yang diambil IN pada semester VI, hanya tiga mata kuliah yang dijalaninya. Itu pun tidak maksimal.

"Semester ganjil (VII) pada 2017 IN sudah tidak pernah mengikuti perkuliahan lagi hingga sekarang," tutur Abad.

Status IN saat ini disebut Abad dan Pembantu Rektor I IAIN Tulungagung M Abdul Aziz telah drop out (DO) otomatis. Hal itu dikarenakan IN tidak pernah melakukan registrasi perkuliahan sejak 2017 hingga sekarang.

Pada Juni 2018, IN genap dua tahun nonaktif. "Mahasiswa yang dua semester berturut tidak melakukan her registrasi tanpa keterangan, maka secara sistem dia dinyatakan DO," kata Aziz.

Adapun IN kini masih ditahan di ruang karantina Rutan Bambu Apus, Jakarta Timur. Bungsu dua bersaudara asal Kecamatan Gondang itu berada dalam pengawasan dan pemeriksaan tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror serta Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) setelah dideportasi dari Suriah menggunakan pesawat Turkish Airline TK 056 pada Jumat, 25 Mei 2018.

IN dideportasi bersama tujuh WNI lain yang diduga bergabung dengan jaringan ISIS di Suriah. Tapi, untuk memastikan status dan keterkaitan IN dan tujuh WNI lain itu dengan jaringan ISIS, Densus 88 Antiteror dan BNPT sampai saat ini masih intensif melakukan pendalaman.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 


Dideportasi dari Suriah

Ilustrasi Penangkapan (Liputan6.com/M.Iqbal)

Sebelumnya, mahasiswi IAIN Tulungagung, Jawa Timur dilaporkan dideportasi dari Suriah menggunakan pesawat Turkish Airlines TK-056, kembali ke Indonesia bersama tujuh WNI lain dari berbagai daerah. Mereka diduga terlibat jaringan ISIS/FTF.

Kapolres Tulungagung AKBP Rofik Sukendar mengonfirmasi akurasi informasi yang beredar di media sosial tersebut.

"Iya memang betul. Tadi kami sudah cek ke satuan atas. Dan saat ini yang bersangkutan posisi masih di Jakarta dan masih diminati keterangan oleh tim Densus 88 Anti-teror," kata Kapolres Rofik Sukendar di Tulungagung, Minggu, 27 Mei 2018, dilansir Antara.

Data yang beredar, mahasiswi dimaksud bernama IN (24). IN merupakan bungsu dua bersaudara dari pasangan Riyadi (47) dan Mujiatin (50), warga Desa Dukuh, Kecamatan Gondang.

IN dideportasi bersama tujuh WNI lain yang juga disinyalir terlibat jaringan ISIS di Suriah. Mereka masing-masing adalah FL (43), NKA (3), HH (12), HA (9), AJ (21), WND (33), dan QAM (23).

Mahasiswi tersebut dan tujuh WNI yang sebagian diyakini sekeluarga ini kini menjalani pemeriksaan intensif tim Densus 88 Antiteror di Rutan Bambu Apus, Jakarta Timur.

"Sudah barang tentu kami dari satuan wilayah akan memonitor terus dan bekerjasama dengan satuan atas agar bisa terus mengawasi, memantau dan menginformasikan kepada masyarakat bahwa situasi terkait adanya warga Tulungagung yang dideportasi, masih dalam kondisi terkendali," kata Rofik Sukendar memastikan.

Ia juga mengimbau masyarakat tidak panik ataupun resah. Namun Kapolres juga mengingatkan agar warga tetap waspada dan melaporkan ke aparat kepolisian jika mengetahui ada orang/sesuatu yang dianggap mencurigakan.

"Jangan bertindak sendiri. Tetap berkoordinasi, percayakan keamanan kepada kami," ujar Rofik.

 


Setahun Tak Aktif Tanpa Keterangan

Ilustrasi ISIS (Liputan6.com/Abdillah)

Kabar keterlibatan mahasiswi Tulungagung dalam gerakan ISIS dan sempat berhijrah ke Suriah tersebut sempat dikonfirmasikan ke pihak Rektorat IAIN Tulungagung.

"Saudari IN ini memang pernah kuliah di sini. Di IAIN Tulungagung. Namun menurut catatan akademik, yang bersangkutan sudah setahun ini tidak aktif tanpa memberi keterangan," kata Pembantu Rektor Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga IAIN Tulungagung M. Abdul Aziz.

IN disebut Aziz sudah tidak aktif dalam kegiatan perkuliahan lagi sejak semester 6, dan setelah itu dinyatakan menghilang tanpa keterangan.

Namun, kedua orangtuanya enggan dimintai keterangan. Kendati menerima kedatangan para wartawan, Riyadi dan Mujiatin enggan diwawancarai secara terbuka.

"Saya juga sudah mendengar kabar tersebut," kata Riyadi.

Menurut dia, pasca munculnya kabar tersebut beberapa kali ada aparat yang menyambangi kediamannya. Bahkan sebelum kedatangan beberapa awak media, ada personel dari Polres Tulungagung yang berkunjung. Sedangkan sehari sebelumnya juga ada dari Koramil dan Polsek Gondang.

"Maaf, selebihnya silakan ditanyakan ke aparat bersangkutan," katanya.

Riyadi dan Mujiatin mengakui masih tertekan dengan perkembangan yang terjadi. "Masih kaget dan tidak percaya karena tiba-tiba banyak petugas yang datang dan melakukan penggeledahan," tutur Mujiatin dengan mata sembab.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya